REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecerdasan buatan (AI) kini bisa diterapkan hampir di semua bidang. Seorang ayah bernama Rob Waugh, yang juga merupakan koresponden teknologi untuk DailyMail.com, menjajal AI untuk membantu mengasuh anaknya yang masih balita selama sehari penuh.
Waugh memakai program AI mutakhir ChatGPT dan Google Bard, untuk membantu mengasuh putranya yang berusia 18 bulan, William. "Saya menyajikan makanan yang dibuat oleh AI dan ikut serta dalam aktivitas yang disarankan, sebelum bersantai dengan beberapa naskah televisi dan diproduksi oleh AI dan membaca buku anak-anak yang ditulis oleh teknologi," ujar Waugh, dikutip dari laman Daily Mail, Selasa (27/6/2023).
Hasilnya ternyata beragam. William sangat antusias dengan hiburan yang dihasilkan AI, tetapi kurang yakin tentang beberapa pilihan lainnya dan tidak suka dengan makanan yang diberikan. Untuk melihat apakah AI dapat menghibur anak-anak, Waugh menggunakan ChatGPT untuk menulis cerita pendek.
Dia meminta cerita tentang serigala yang ramah kepada ChatGPT, kemudian muncul teks cerita serigala bermama Wally. Waugh membawa teks itu ke Midjourney, aplikasi yang menggunakan AI untuk menghasilkan gambar berdasarkan petunjuk teks.
Midjourney diminta membuat ilustrasi buku anak-anak dengan teks: 'Wally tidak seperti serigala lainnya'. Menurut Waugh, 'buku' itu terlihat cukup meyakinkan meskipun ceritanya dinilai agak hambar, seperti kebanyakan konten buatan AI.
Dalam pendapat Waugh, Midjourney juga tidak mempertahankan gaya seni yang konsisten, dan memperkenalkan seorang anak kecil di gambar kedua yang tidak pernah muncul dalam cerita. Meskipun Waugh tidak terkesan, ternyata William sangat menyukai ilustrasinya.
Soal makan, Bard Google dan ChatGPT memberikan saran makanan dan kudapan untuk balita, beserta resepnya. Waugh meminta ChatGPT untuk merancang "snack sehat untuk balita berusia 18 bulan". Hasilnya adalah "fruit and yogurt parfait", yang terbuat dari yogurt Yunani, blueberry, stroberi, raspberry, madu, dan granola.
Waugh juga mendapatkan saran makanan lain, namun, banyak di antaranya sangat rumit dan menggunakan bahan mahal. ChatGPT juga menunjukkan potensi bahaya dari bahan makanan tertentu. Misalnya, tidak boleh memberi madu kepada bayi di bawah satu tahun, atau risiko anak tersedak granola.
Terkait makanan, William ternyata tidak terkesan. Balita itu menolak makan dan mulai menangis kencang. Dengan menggunakan cerita yang telah ditulis ChatGPT sebelumnya, sang ayah pun beralih ke aplikasi AI penghasil animasi terkemuka, Pictory.
Dalam 10 menit, Pictory telah mengubah kisah "Wally the Wolf" menjadi sebuah video, dengan teks di layar, dipasangkan dengan video serigala, kelinci, dan wortel. William kembali bersemangat melihat layar ponsel.
Baik Google Bard dan ChatGPT memberikan daftar lengkap aktivitas untuk anak-anak yang menurut Waugh sangat berguna. Ada saran untuk meningkatkan keterampilan bahasa anak, juga saran membuat 'tempat sensorik' yang penuh dengan mainan dan pasta.
Namun, semua hasil itu menunjukkan bahwa peran orang tua masih dibutuhkan. Di sisi lain, Allan Wong, CEO pembuat mainan VTech Holdings, pernah mengatakan bahwa lima tahun lagi, bisa jadi sudah ada boneka beruang yang dapat membaca cerita AI untuk anak.
Sementara, pengasuh humanoid diperkirakan akan hadir beberapa dekade dari sekarang. Saat ini, sudah banyak perusahaan yang menawarkan mainan, aplikasi, dan gim AI untuk anak-anak. Salah satunya adalah robot bernama Moxie yang diklaim meningkatkan keterampilan sosial pada anak sebesar 71 persen.
CEO dan pendiri platform daring Childcare yang berbasis di Inggris, Richard Conway, berpendapat AI dapat memberikan bantuan dalam semua aspek pengasuhan dan kehidupan keluarga. Namun, harus diperlakukan dengan penuh kehati-hatian. "Kita semua harus ingat bahwa tidak ada pengganti bagi ahli manusia yang nyata, profesional, dan berkualifikasi, tidak peduli seberapa hebat teknologi itu," ujarnya.