REPUBLIKA.CO.ID -- Sekitar tahun 2012-2013, Krismanto mengambil keputusan tersulit di hidupnya. Keputusan itu terkait keluar dari pekerjaannya sebagai seorang karyawan tetap di salah satu perusahaan swasta. Dia pun memilih untuk terjun berwiraswasta dan mendalami bisnis produk berbahan kulit sapi.
Memulai usahanya dari nol, Kris--sapaan akrabnya--mulai mendalami bisnis produk kulit. Ia banyak mengikuti pameran-pameran produk UMKM di dalam negeri serta mempelajari konsep bisnis produk kulit dan bahan yang digunakan untuk membuat sepatu, tas, dompet, dan lainnya.
Berbekal pengalamannya itu, dia pun mulai memproduksi produk kulit seperti tas, sepatu, dompet, dan lainnya. Kris memutuskan untuk memakai bahan kulit sapi jenis pull up dan Ch yang lebih cocok untuk produk-produknya itu dan memiliki kualitas bagus.
Produknya yang memiliki merek Kael Leather Goods ini menjalin kerja sama dengan 10 pengrajin UMKM kulit di Kabupaten Garut untuk produksi. Termasuk, beberapa kali menggandeng produk lainnya untuk bekerja sama membuat kolaborasi.
"Saya berangkat dari pekerja, karyawan swasta. Saya lihat pasar yang masih menjanjikan pasar kulit ini jarang pemainnya," ujar dia saat ditemui di kantornya di Jalan Derwati, Kota Bandung, Kamis (13/7/2023).
Pilihan bisnis pada produk kulit, dia mengatakan, karena konsumen banyak yang mencari produk kulit jenis Ch dan pull up. Tidak hanya itu, para pecinta kulit melihat terdapat nilai lebih saat menggunakan produk kulit.
Kris mengatakan, harga produk berbahan kulit yang dijualnya mulai dari Rp 150 ribu untuk gantungan kunci hingga Rp 2 juta untuk produk tas dan Rp 700 hingga Rp 900 ribu untuk sepatu.
Ia mengaku, harga yang dijual relatif tinggi sebab mengedepankan kualitas dan menyasar kalangan tertentu. "Kalau orang lihat ini kulit Ch makin lama makin bagus, worth it dan segmented," kata dia.
Kris mengatakan, 80 persen produknya dijual di Indonesia dan sisanya dijual ke luar negeri, seperti Australia dan Amerika Latin. Sedangkan bahan baku kulit yang digunakan berasal dari impor maupun kulit lokal yang diproduksi sendiri.
Dia melanjutkan, produk yang dijualnya dapat dipakai bertahun-tahun karena mengedepankan kualitas. Dengan produknya itu, dia merasa percaya diri bisa bersaing di pasaran. Sebab, dia mengedepankan kualitas dan setelah penjualan terdapat pelayanan bagi konsumen.
Kris memberi tips kepada pengguna produk berbahan kulit agar tidak menyimpan barang-barang di tempat yang lembab agar tidak berjamur. Selain itu apabila basah agar tidak dijemur. Namun, diangin-angini.
Sepuluh tahun berlalu, keputusannya untuk keluar dari pekerjaan dan menekuni usaha produk kulit membuahkan hasil manis. Da kini memiliki dua toko yang berada di Jakarta dan situs online yang menjual produk-produk kulitnya.
"Omzet masih oke, masih bisa bayar karyawan dan toko," ujar dia.
Tidak hanya itu, belasan karyawan kini menggantungkan hidupnya pada bisnis yang digeluti. Ia pun terus berupaya meningkatkan penjualan dan terus menambah koleksi-koleksi produk.