Kamis 13 Jul 2023 18:52 WIB

Angkat Legenda Urban ke Panggung Teater, Titimangsa Hadirkan Ariyah dari Jembatan Ancol

Ini kali pertama Titimangsa hadirkan pentas teater bernuansa horor.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Deretan pemain dalam pementasan teater Ariyah dari Jembatan Ancol saat melakukan konferensi pers di Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta, Kamis (13/7/2023).
Foto: Republika/Gumanti
Deretan pemain dalam pementasan teater Ariyah dari Jembatan Ancol saat melakukan konferensi pers di Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta, Kamis (13/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Titimangsa mempersembahkan pementasan teater bertajuk Ariyah dari Jembatan Ancol. Produksi Titimangsa ke-63 tersebut akan berlangsung pada 27-28 Juli 2023 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

Pementasan ini mengangkat legenda urban Si Manis Jembatan Ancol yang sudah ada dari abad ke-19. Kisah ini memiliki berbagai versi yang berkembang, namun satu kesamaan yang mencolok adalah tokoh utama dalam cerita, yaitu Ariyah.

Baca Juga

Melalui pementasan ini, penonton disebut akan merasakan atmosfer mencekam, namun juga haru tentang sosok ikonik dari legenda urban yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Produser pementasan Ariyah dari Jembatan Ancol, Happy Salma, mengatakan ini merupakan kali pertama Titimangsa membuat sebuah pertunjukan teater bernuansa horor.

Tidak hanya memberikan pengalaman batin, Ariyah dari Jembatan Ancol juga menghadirkan sensasi yang diterima oleh indera penglihatan, pendengaran, dan aroma yang dimunculkan selama pertunjukan.

"Selain itu, dari pementasan ini kita juga bisa melihat perspektif lain dari sejarah yang ada di Indonesia bahwa legenda urban itu bukan sesuatu untuk menakut-nakuti, namun itu adalah cerminan apologi dan sosiologis masyarakat yang ada disekitarnya," kata Happy dalam konferensi pers di Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta, Kamis (13/7/2023).

Pementasan ini diawali dengan latar waktu 1817-an yang membuat Ariyah menjadi jaminan utang ibunya kepada juragan Tambas. Ketika keluarganya tidak bisa membayar utang, Ariyah terpaksa menjadi istri muda si juragan. Hal itu mendapat pemberontakan dari kekasihnya Karim yang akhirnya berujung pada tragedi dan kematian keduanya.

Mayat Ariyah dibuang di Jembatan Ancol, sedangkan mayat Karim tidak diketahui keberadaannya. Ariyah yang tidak merasa dirinya mati akhirnya gentayangan mencari kekasihnya. Ia juga gentayangan karena tak sempat meminta maaf dan berpamitan pada ibunya setelah usulnya menjadi jaminan utang berakhir petaka.

Di masa kini, Ariyah yang gentayangan bertemu bersama Yulis, Yudha, dan Tante Mus yang berusaha menghadapi mafia tanah bernama Bos Mintarjo yang mengancam rumah mereka. Dalam prosesnya, hubungan masa lalu dan aroma kayu manis menjadi kunci dalam memecahkan misteri yang melibatkan cinta, dendam, dan keberanian.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement