Kamis 24 Aug 2023 19:15 WIB

Pakai Margarin di Awal Masak Ternyata Keliru, Bisa Rusak Gizinya

Menggunakan margarin di awal masak ternyata bisa merusak gizi dari margarin.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Margarin (ilustrasi). Menggunakan margarin di awal memasak ternyata merupakan cara yang keliru.
Foto: Dok www.freepik.com
Margarin (ilustrasi). Menggunakan margarin di awal memasak ternyata merupakan cara yang keliru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisa jadi, banyak orang yang terbiasa memakai margarin maupun mentega sebagai alternatif minyak pada awal proses memasak. Ternyata cara yang lazim tersebut sebenarnya keliru karena bisa mengurangi atau merusak gizi dari margarin tersebut. 

Pakar teknologi pangan Prof Made Astawan mengatakan metode memasak yang tepat yaitu tidak menggunakan suhu terlalu tinggi. Selain itu, sebaiknya memasukkan margarin setelah bahan makanan diolah, atau sudah dimasak terlebih dulu. 

Baca Juga

“Sebisa mungkin di bagian akhir, setelah pemasakan atau makanan diolah dulu, baru ditambahkan margarin,” kata Prof Made dalam acara bersama BlueBand di Jakarta, Kamis (24/8/2023).

Prof Made yang juga salah satu Ketua PERGIZI PANGAN Indonesia itu menjelaskan bahwa cara tersebut bertujuan menghindari kerusakan gizi akibat memasak terlalu lama. Bukan hanya margarin, dia juga menganjurkan agar bahan makanan tidak dimasak terlalu lama. 

Tidak hanya ketika memanggang dengan margarin, tetapi juga saat merebus, mengukus ataupun menumis. Memasak terlalu lama akan berisiko merusak gizi. “Ya selama bahan makanannya sudah agak lunak dan bisa dikonsumsi, ya sudah selesai masaknya, hindari juga menyimpan margarin di cahaya terlalu terang dan harus tertutup,” kata Prof Made menjelaskan.

Prof Made juga menanggapi terkait persepsi bahwa penggunaan margarin dengan kandungan minyak atau lemak yang bisa dikatakan kurang sehat. Ada pula anggapan bahwa margarin bisa membuat gendut. Kemudian tidak lebih baik dari mentega biasa.

Padahal menurut Prof Made, tentu masyarakat dapat mengacu pada panduan Kementerian Kesehatan RI tentang batasan Gula, Garam dan Lemak (GGL). Mengonsumsi segala sesuatu secara berlebihan tentu tidak dianjurkan.

Akan tetapi dia lebih menyarankan agar memilih bahan pangan yang sedapat mungkin memberikan manfaat. Contohnya yang memberikan tambahan kandungan yang baik untuk tubuh dalam produknya.

“Jadi tidak bisa dinilai satu-satu harus komprehensif apakah ada yang lebih baik itu yang dipilih. Sekitar 15 gram bisa memenuhi 19 persen asupan Omega dari angka kecukupan gizi (AKG), misalnya, jadi sisanya dari makanan beragam yang lengkap seperti lauk pauk atau yang lainnya,” kata dia.

Berbagai studi menunjukkan, Omega-3 yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak, sangat kurang dalam pola makan anak-anak Indonesia. Hanya 20 persen anak-anak di seluruh pelosok negeri yang tercukupi asupan harian Omega-3. Karena itulah gerakan kampanye dan edukasi soal asupan Omega 3 dan 6 perlu terus digalakan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement