Jumat 25 Aug 2023 16:34 WIB

Penyebaran Narkotika Sudah Mengkhawatirkan, Ikamuhi Berikan Edukasi Sasar Remaja

Generasi penerus bangsa harus dilindungi dari bahaya narkotika.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta (Ikamuhi) menggelar talkshow Cegah Narkoba dari Kita Sendiri di auditorium Grha As-Sakinah SMA Muhammadiyah 1 (Muhi) Yogyakarta, Jumat (25/8/2023).
Foto: dokpri
Alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta (Ikamuhi) menggelar talkshow Cegah Narkoba dari Kita Sendiri di auditorium Grha As-Sakinah SMA Muhammadiyah 1 (Muhi) Yogyakarta, Jumat (25/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penyebaran narkotika dinilai sudah sangat mengkhawatirkan, bahkan hingga menyasar generasi muda. Tidak sedikit generasi muda di Indonesia yang terjerat dalam kasus penyalahgunaan narkotika.

Hal ini pun menjadi keprihatinan bagi Ikatan Alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta (Ikamuhi), hingga menggelar edukasi untuk menekan angka penyalahgunaan narkotika ini, terutama pada generasi muda. Salah satunya dengan menggelar talkshow 'Cegah Narkoba dari Kita Sendiri' yang digelar di SMA Muhi Yogyakarta, Jumat (25/8/2023).

Ketua Umum Ikamuhi, Ida Puji Astuti mengatakan, kegiatan ini digelar karena keprihatinan terhadap penyebaran narkotika saat ini yang terus meluas. Kegiatan tersebut digelar dengan menyasar remaja, mengingat remaja juga tidak lepas dari pengaruh narkotika.

"Ini bentuk kepedulian kita kepada adik-adik SMA karena mereka sebagai generasi muda Indonesia itu bagaimana supaya terselamatkan, tidak melibatkan diri kepada hal-hal yang sangat merugikan diri sendiri," kata Ida kepada Republika, Jumat (25/8/2023).

Ida menuturkan, narkotika ini berdampak besar terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM). Remaja yang notabenenya merupakan generasi penerus bangsa, harus dilindungi dari bahaya narkotika ini.

"Mudah-mudahan talkshow ini akan mencerahkan adik-adik semua untuk mengetahui lebih detail bahaya penggunaan narkoba. Karena penyalahgunaan narkoba di generasi muda ini masih banyak, tidak dipungkiri ternyata masih banyak terjadi bahkan di lingkungan sekitar kita," katanya.   

Untuk itu, Ida menekankan agar seluruh pihak harus memberi perhatian lebih mengingat penyebaran narkotika sudah sangat mengkhawatirkan, bahkan dekat dengan lingkungan sekitar. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama dalam rangka menyelamatkan generasi muda untuk terwujudnya generasi emas di 2045 mendatang.

"Anak muda itu masih mencari jati diri, mudah dibujuk, dirayu, padahal dampak kalau terlibat narkotika itu bisa buruk sekali. Merusak kerja otak, kondisi fisik, automatically akan merusak generasi muda, merusak masa depannya, merusak moral. Kita harus care, dimulai dari keluarga, penting sekali peran keluarga itu," ungkap Ida.

Ida pun berpesan agar generasi muda dapat menjauhi narkotika. "Jangan coba-coba terhadap narkoba karena dampaknya jauh sangat amat besar. Tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tapi juga keluarga. Say no to drugs, dunia tanpa narkoba," katanya.

Ida juga menekankan terkait pentingnya pendidikan karakter yang dilakukan oleh sekolah. Sekolah, kata dia, tidak hanya berperan dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa, namun juga pendidikan karakter dalam rangka membentuk karakter yang baik.

"Saya berharap siswa-siswa itu tidak hanya sekadar mendapatkan ilmu, tapi juga akhlak dan budi pekerti yang baik. Sia-sia kalau hanya menuntut ilmu, tetapi tidak dibarengi dengan akhlak yang tinggi. Saya berharap kepada pihak sekolah dapat memberikan akhlak dan budi pekerti," jelasnya.

Ketua Komite SMA Muhi, Fathul Wahid mengatakan, tindak pidana penyalahgunaan narkotika cukup banyak terjadi di Indonesia, termasuk di Provinsi DIY. Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) itu menyebut bahwa jumlah narapidana di Indonesia dalam 1,5 tahun terakhir mencapai 324 ribu orang.

Dari jumlah tersebut, yang terlibat kasus penyalahgunaan narkotika mencapai 180 orang. "Artinya, 55 persen penghuni penjara di Indonesia itu karena kasus narkoba," kata Fathul. Dilihat Provinsi DIY, katanya, setidaknya ada sekitar 38 ribu narapidana saat ini, dengan 15 ribu di antaranya merupakan narapidana yang terlibat narkotika.

"Paling tinggi proporsi narapidana kasus narkotika itu di Sumatera Utara (Sumut). (Di Sumut) Ada 83 persen penghuni penjara itu karena narkoba, yakni 20 ribu orang dari 24 ribu orang. Disusul Jambi, Jakarta, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Selatan," ucap Fathul.

Dilihat dari jumlah tersebut, tentu sangat memprihatinkan mengingat banyaknya yang terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkotika. Padahal, penyalahgunaan narkotika ini bisa merusak bangsa, termasuk merusak generasi Indonesia.

"Narkoba itu perampas semangat, pengekang kemerdekaan, penghancur harapan, dan membuat masa depan menjadi gelap," ungkapnya.

Talkshow 'Cegah Narkoba dari Kita Sendiri' tersebut digelar bersama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Yogyakarta. Ada beberapa beberapa narasumber lainnya yang dihadirkan, yakni Penyuluh Narkoba Ahli Muda BNN Kota Yogyakarta, Wheni Sixtyaningsih, Ketua IDI Kota Yogyakarta, Tri Kusumo Bawono, dan Ketua Peradi Wonosari, Kokok Sudan Sugijarto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement