Jumat 01 Sep 2023 17:31 WIB

Sindir Anies, SBY: Sekarang Saja tidak Shiddiq, Amanah, Gimana Nanti Jadi Pemimpin?

SBY menyindir Anies yang tidak shiddiq dan amanah, bagaimana nanti menjadi pemimpin.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY menyindir Anies yang tidak shiddiq dan amanah, bagaimana nanti menjadi pemimpin.
Foto: Tangkapan Layar
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY menyindir Anies yang tidak shiddiq dan amanah, bagaimana nanti menjadi pemimpin.

REPUBLIKA.CO.ID, CIKEAS -- Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan pengarahan sebelum rapat Majelis Tinggi Partai Demokrat dalam menyikapi kesepakatan sepihak antara Partai Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dalam sambutannya, ia menyinggung Anies Rasyid Baswedan yang tak memiliki akhlak seorang pemimpin.

Dalam Islam, umatnya memiliki cerminan pemimpin seperti Nabi Muhammad yang jujur atau shiddiq. Nabi Muhammad juga memiliki sifat dapat dipercaya dan amanah, yang sayangnya hal tersebut dinilai tak ada dalam diri Anies.

Baca Juga

"Kalau kita teladani akhlak pemimpin-pemimpin besar, bagi yang beragama Islam, akhlak Rasulullah ya. Yang kita rasakan sekarang ini mereka tidak shiddiq, tidak jujur, tidak amanah, berarti tidak bisa dipercaya, dan mengingkari hal-hal yang telah disepakati," ujar SBY dalam sambutannya di kediamannya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jumat (1/9/2023).

"Sekarang saja tidak shiddiq, tidak amanah, tidak memegang komitmen. Bagaimana nanti kalau menjadi pemimpin dengan kekuasaan yang besar," sambungnya.

Namun, ia juga bersyukur bahwa pengkhianatan dari Anies dan Partai Nasdem dilakukan sekarang. Jauh hari sebelum pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada 19 Oktober sampai 25 November 2023.

Di samping itu, Allah SWT rupanya memberikan jalan bagi Partai Demokrat untuk tidak berada dalam kelompok yang tak mengedepankan kesetaraan kepada anggota koalisinya. Sehingga, pihaknya terhindar menjadi bagian dari pemerintahan yang tak memiliki etika seperti itu.

"Bayangkan kalau di masa depan kita punya mitra koalisi yang tidak tunduk, tidak patuh pada kesepakatan yang kita buat bersama, apalagi kalau mendikte, mengatur yang lain. Termasuk capres memaksakan kehendak dan tidak menganggap yang lain, saya kira bukan itu koalisi yang hendak kita bangun," ujar SBY.

"Sekali lagi, kalau saya, kita patut bersyukur. Karenanya mari kita hadapi semua ujian dan cobaan ini dengan tegar, sambil berikhtiar kita menjalin jalan keluarnya," sambung Presiden ke-6 Republik Indonesia itu.

Setelah sambutannya, Majelis Tinggi Partai Demokrat menggelar rapat secara tertutup. Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng menjelaskan bahwa keputusan terkait pemilihan presiden (Pilpres) 2024 merupakan kewenangan lembaganya.

Saat ini, ia belum dapat memastikan keputusan Partai Demokrat untuk keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Namun, ia menyinggung Anies Rasyid Baswedan yang sudah mengkhianati partai berlambang bintang mercy itu.

"Orang ini belum jadi presiden sudah meninggalkan kawan lama, kawan lama yang sudah lama bersama-sama, sudah dilamar, bahkan sedang menentukan tanggal harinya, kapan ini dideklarasikan bersama. Tiba-tiba dia kawin dengan orang lain," ujar Andi.

Meski belum menjadi keputusan resmi, ia menilai arah Majelis Tinggi Partai Demokrat akan memilih keluar dari koalisi pengusungan Anies. Sebab, sikap mantan gubernur DKI Jakarta itu bersama Partai Nasdem yang mengambil keputusan sepihak itu jauh dari etika politik yang baik.

"Masa kita masih mau berjalan bersama dengan orang-orang semacam itu, tapi kan kita harus memutuskan dulu dengan proper dengan Majelis Tinggi Partai. Setelah itu kalau misalnya sudah diputuskan, kita tidak lama bersama-sama, sudah bubar," ujar Andi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement