Kamis 21 Sep 2023 11:06 WIB

Waspadai Cuaca Panas, Ini Langkah BNPB

Penggunaan teknologi modifikasi cuaca untuk mewaspadai cuaca panas.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Natalia Endah Hapsari
Api membakar hutan dan lahan (karhutla) kawasan Gunung Bromo terlihat di Pos Jemplang, Malang. BNPB menekankan penggunaan teknologi modifikasi cuaca untuk mewaspadai cuaca panas/ilustrasi
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Mada
Api membakar hutan dan lahan (karhutla) kawasan Gunung Bromo terlihat di Pos Jemplang, Malang. BNPB menekankan penggunaan teknologi modifikasi cuaca untuk mewaspadai cuaca panas/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menekankan penggunaan teknologi modifikasi cuaca untuk mewaspadai cuaca panas di Kalimantan Barat beberapa hari ke depan, menyusul prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hal ini jika tidak ada potensi hujan, tetapi terdapat titik api dan dibutuhkan untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Kepala BNPB, Suharyanto, menggarisbawahi arahan Presiden Joko Widodo dalam penanganan karhutla agar jangan sampai membiarkan api besar dan terlambat dalam memadamkan. Menurut dia, api yang membakar lahan sekitar 10 hektare, misalnya akan sangat sulit dan sia-sia apabila dilakukan pengeboman air. 

Baca Juga

“Ini harus dilakukan dengan mendatangkan hujan,” ujar Suharyanto saat Rapat Koordinasi (rakor) Penanganan Darurat Bencana Karhutla di Provinsi Kalbar dikutip pada Kamis (21/9/2023).

Ia mengatakan, upaya ini dilakukan agar tidak berimplikasi ke bencana asap akibat karhutla seperti pada 2015 dan 2019. “Jangan sampai kita mengirim asap ke negara tetangga," ujar Suharyanto.

Namun, dalam pantauannya kualitas udara di Kota Pontianak dan sekitarnya pun terpantau baik beberapa hari terakhir karena diguyur hujan. Meskipun tidak tercatat adanya hot spot di wilayah Kalbar, Suharyanto meminta Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Karhutla dari berbagai unsur seperti pemerintah daerah, TNI dan Polri untuk memastikan api yang sudah padam benar-benar padam. “Takutnya kalau kering lagi, nanti dapat kembali terbakar,” ujarnya. 

Suharyanto mencontohkan kasus karhutla di Provinsi Sumatra Selatan beberapa waktu lalu. Saat titik api muncul dan membesar, maka akan sulit dipadamkan.

"Kalau api sudah besar seperti di Sumsel, ini sangat sulit untuk dipadamkan. Meskipun ada tiga helikopter water-bombing, ini seperti disiram air namun tidak signifikan. Satu-satunya cara kalau api sudah besar, kita datangkan hujan,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement