Kisah Juraij dan Makbulnya Doa Ibu
Syahruddin El-Fikri
Sahabat Rumah Berkah yang dirahmati Allah,
Pada zaman dahulu, ada seorang saleh ahli ibadah dari kalangan Bani Israil. Namanya Juraij. Ia seorang pemuda yang rajin beribadah dan senantiasa menyibukkan dirinya di tempat ibadahnya. Ia tak akan beranjak dari tempat ibadahnya, kecuali sesuatu yang amat mendesak.
Suatu Ketika, ibunda Juraij datang menjenguknya. Ia ingin mengetahui dan meminta bantuan kepada anaknya, yakni Juraij. Dengan penuh semangat, ia pun memanggil anaknya.
“Juraij,” kata ibunya. Namun tak ada jawaban. Ibunya kembali mengulangi dan memanggil Juraij. “Juraij, aku ibumu.” Juraij tak jua beranjak dari tempat ibadahnya. Ia masih khusyuk berzikir dan beribadah.
Berkali-kali ibunya memanggil, tapi tak jua ada sahutan. Juraij sepertinya terlalu khusyuk hingga ia tidak menghiraukan panggilannya ibunya.
Ibunya pun kecewa. Berkali-kali dipanggil, namun Juraij tak jua mau menemui ibunya. Karena tak ada sahutan, ibunya akhirnya pergi.
Dalam suatu riwayat dikatakan, Juraij mendengar panggilan ibunya. Namun, karena ia sedang beribadah, ia ragu apakah meneruskan ibadahnya atau memenuhi panggilan ibunya. Dalam kegamangannya itu, Juraij memilih untuk meneruskan ibadahnya ketimbang memenuhi panggilan ibunya.
Pada hari kedua, ibunya kembali mendatangi Juraij. Maksud dan tujuannya sama, yakni bertemu dengan anaknya. Namun, Juraij yang akan ditemuinya sedang asyik beribadah. Ibunya memanggil-manggil Juraij. Namun Juraij tetap asyik beribadah. Ia tak menghiraukan panggilan ibunya. Setelah merasa lelah menunggu, dan tak ada tanda-tanda Juraij menemuinya, sang ibu pun pergi dengan hati kecewa.
Tak Lelah, pada hari ketiga, ibunda Juraij kembali menemuinya. Ia memanggil-manggil Juraij berkali-kali. Namun, bagai pungguk merindukan bulan, Juraij tetap tak menyahuti panggilan ibunya. Ibunya pun kesal dan kecewa berat. Akhirnya, dalam rasa lelah dan kecewanya, ibunya berdoa agar Allah SWT tidak mewafatkan Juraij, sebelum dia bertemu dengan Wanita pezina. Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, sang ibu beranjak pergi dengan hati kecewa yang teramat sangat. Anak yang diharapkan menjadi tempatnya mencurahkan isi hatinya, justru tak mau bertemu dengannya, karena asyiknya beribadah.
Doa ibunda Juraij terkabul. Suatu Ketika, seorang wanita pezina datang ke tempat ibadahnya Juraij. Ia tahu Juraij seorang pemuda yang rajin beribadah. Ia pun merayu dan menggodanya. Namun ujian dan godaan dari wanita pezina ini tak meruntuhkan keimanan Juraij. Ia tak tergoda dengan bujuk rayu wanita pezina yang berpakaian serba minor dan menggoda syahwat itu.
Artikel Terkait:
Berkah Maulid, Keluarga Yahudi Masuk Islam
Keutamaan Membaca Shalawat Nabi
Merasa rayuan dan godaannya tak membuahkan hasil, wanita pezina ini akhirnya pergi ke suatu tempat dan ia berjumpa dengan seorang penggembala kambing. Si wanita ini melancarkan jurusan setan dan menggoda si penggembala kambing, hingga akhirnya si penggembala ini pun tergoda. Keduanya akhirnya berbuat asusila dan terjadilah apa yang diharapkan si Wanita tersebut.
Singkat cerita, si wanita pezina ini akhirnya hamil. Dalam kehamilannya itu, ia woro-woro atau memberikan pengumuman kepada khalayak. Ia mengaku hamil akibat perzinaan dengan si Juraij, pemuda ahli ibadah.
“Wahai bapak-ibu, apakah kalian kenal dengan Juraij, pemuda yang rajin ibadah? Tanya si wanita kepada warga kampung. Dan para warga pun mengiyakan, mereka mengenal Juraij yang disebutkan si wanita tersebut.
“Jangan percaya dengan Juraij, saya hamil ini karena perbuatannya,” kata si wanita pezina itu.
Fitnah dari wanita tersebut membuat warga percaya. Mereka akhirnya melabrak dan menghakimi Juraij. Mereka mendatangi tempat ibadahnya. Namun, Juraij yang hendak ditemui, pada saat bersamaan tidak ada di tempat. Kecewa tak bertemu dengan Juraij, warga bersepakat untuk menghancurkan tempat ibadahnya Juraij hingga rata dengan tanah.
Tak lama berselang, Juraij datang dan kaget melihat banyak orang serta tempat ibadahnya yang hancur berantakan. “Ada apa ini?” tanya Juraij.
“Hei Juraij. Jangan sok alim ya. Kamu yang dikenal sebagai pemuda saleh, ternyata diam-diam melakukan perzinaan. Ternyata itu hanya kedokmu saja,” demikian kiranya ungkapan dari warga.
Tak terima dengan tuduhan itu, Juraij kemudian membantahnya. “Itu tidak mungkin, dan si Wanita ini telah berbohong dan memfitnah saya,” ungkap Juraij.
Namun, warga tak mau peduli. Mereka tetap pada sikapnya bahwa perzinaan telah dilakukan oleh Juraij dengan si wanita pezina itu. “Nggak usah banyak bicara, kamu akui saja perbuatanmu,” kata mereka.
Juraij terus membela diri karena memang bukan dia pelakunya. “Begini saja, kita tunggu bayi yang dikandung si wanita ini, dan nanti akan kita tanya siapa bapaknya,” kata Juraij untuk meredakan ketegangan yang terjadi. Akhirnya disepakati, bahwa setelah bayi itu lahir, mereka akan menanyakan siapa ayah dari si bayi tersebut.
Singkat cerita, ketika si bayi lahir, mereka kembali menemui Juraij. Juraij kemudian membersihkan diri dan berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk. Si bayi kemudian dibawa ke hadapan Juraij dan Juraij, kemudian menekan sedikit perut bayi, lalu ia berkata: “Wahai bayi, demi Zat yang mengutus para rasul-rasul-Nya dengan kebenaran, bicaralah. Siapa ayahmu?” kata Juraij.
Dan atas izin dari Allah, bayi mungil nan polos itu bisa bicara. “Ayahku adalah seorang penggembala kambing di kampung ‘anu’,” jawabnya.
Mendengar hal itu, maka Juraij berkata; “Wahai bapak-bapak sekalian, kalian sudah mendengar, bahwa ayah dari bayi ini adalah seorang penggembala di kampung ‘anu’ dan jelas dari sini bahwa bukan saya pelakunya,” jawab Juraij mantap.
Mendengar hal ini, akhirnya warga pun mengakui kesalehan Juraij dan meminta maaf karena sudah termakan fitnah dari si wanita pezina tersebut. Mereka berjanji akan membangun kembali tempat ibadah Juraij seperti sedia kala dengan membuatnya dari bahan emas. Namun Juraij meminta mereka cukup dengan membangunnya dari tanah saja.
Kisah itu terekam dalam hadits riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah ra. Dalam riwayat tersebut, Nabi saw menceritakan:
وَكَانَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ جُرَيْجٌ، كَانَ يُصَلِّي، جَاءَتْهُ أُمُّهُ فَدَعَتْهُ، فَقَالَ: أُجِيبُهَا أَوْ أُصَلِّي فَقَالَتْ: اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ وُجُوهَ المُومِسَاتِ، وَكَانَ جُرَيْجٌ فِي صَوْمَعَتِهِ، فَتَعَرَّضَتْ لَهُ امْرَأَةٌ وَكَلَّمَتْهُ فَأَبَى، فَأَتَتْ رَاعِيًا فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا، فَوَلَدَتْ غُلاَمًا، فَقَالَتْ: مِنْ جُرَيْجٍ فَأَتَوْهُ فَكَسَرُوا صَوْمَعَتَهُ وَأَنْزَلُوهُ وَسَبُّوهُ، فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى ثُمَّ أَتَى الغُلاَمَ، فَقَالَ: مَنْ أَبُوكَ يَا غُلاَمُ؟ قَالَ: الرَّاعِي، قَالُوا: نَبْنِي صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ؟ قَالَ: لاَ، إِلَّا مِنْ طِينٍ
“ . Bayi dalam kisah seorang pria dari Bani Israil bernama Juraij. Saat Juraij sedang shalat, ibunya datang memanggil. Dalam hatinya, Juraij berkata, ‘Apakah menjawab ibuku atau aku tetap shalat?’ Maka ibunya pun berdoa, ‘Ya Allah, jangan matikan dia sebelum melihat wajah wanita pezina.’ Kala itu Juraij sedang berada di tempat ibadahnya.
(Lihat: Umar Sulaiman, Shahih al-Qashash an-Nabawi, Terbitan: Darun-Nafais, tahun 1997, halaman 271).
*****
Dari kisah di atas, ada banyak pelajaran berharga yang dapat kita petik.
1. Betapa bahayanya durhaka kepada kedua orang tua dan menyakiti perasaan keduanya. Doa keduanya mustajab meskipun isinya kurang baik.
2. Allah senantiasa menyelamatkan seorang hamba saleh dan bertakwa.
3. Allah maha kuasa untuk membuat bayi baru lahir bisa bicara.
4. Orang yang sedang shalat sunat diwajibkan membatalkan shalatnya ketika salah seorang kedua orang tuanya memanggil.
5. Di balik ujian seorang hamba pasti yang ada kebaikan selama ia tetap bersabar dan bertakwa kepada Allah.
6. Hati orang-orang yang saleh tetap teguh, yakin, dan berprasangka baik kepada Allah.
7. Kisah di atas menetapkan adanya karamah para wali atau kekasih Allah.
8. Wudhu juga sudah disyariatkan pada umat-umat terdahulu.
9. Orang-orang saleh segera menunaikan shalat tatkala datang musibah atau ujian.
10. Orang-orang jahat tak henti-hentinya berusaha mencemarkan nama baik orang-orang saleh.
11. Tidak boleh terburu-buru membenarkan tuduhan tanpa bukti.
Wallahu ‘alam.
Artikel Terkait:
Berkah Maulid, Keluarga Yahudi Masuk Islam
Keutamaan Membaca Shalawat Nabi