Ahad 22 Oct 2023 11:15 WIB

Forum Pangan di Italia, Pertamina Bicara Strategi Ketahanan Energi 

Pertamina menilai Indonesia punya potensi besar dengan sumber daya domestik.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Erdy Nasrul
PT Pertamina Hulu Energi (PHE), selaku Subholding Upstream Pertamina, mencatat penemuan signifikan dari kegiatan eksplorasi di blok yang dikelola selama dua tahun terakhir. Keberhasilan tersebut didapatkan melalui kegiatan eksplorasi pada area yang sudah dikembangkan secara penuh di blok yang ada.
Foto: Dok PHE
PT Pertamina Hulu Energi (PHE), selaku Subholding Upstream Pertamina, mencatat penemuan signifikan dari kegiatan eksplorasi di blok yang dikelola selama dua tahun terakhir. Keberhasilan tersebut didapatkan melalui kegiatan eksplorasi pada area yang sudah dikembangkan secara penuh di blok yang ada.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional sangat penting dan berkaitan dengan upaya menjaga ketahanan pangan nasional. Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dalam The FAO (Food and Agriculture Organization) Science and Innovation Forum, yang merupakan bagian dari rangkaian The World Food Forum 2023, yang berlangsung di Roma, Italia, pada 19 Oktober 2023.

Menurut Nicke, Indonesia memiliki potensi besar dengan sumber daya domestik untuk dijadikan sebagai energi termasuk penggunaan bahan pangan dalam memproduksi bio energi. “Pertamina memiliki peta jalan bisnis ramah lingkungan salah satunya dengan implementasi biofuel. Biofuel merupakan salah satu kunci dekarbonisasi di sektor transportasi,” kata Nicke.

Baca Juga

Penggunaan biofuel yang bersumber dari sawit atau B35 saat ini misalnya, terbukti berhasil menurunkan impor bahan bakar minyak khususnya solar, meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan di saat yang sama bisa menurunkan emisi. “Estimasi tahun 2022 saja bisa menurunkan emisi setara 28 juta ton CO2,” jelas Nicke.

Nicke juga menambahkan, bio energi di Indonesia tidak akan mengganggu ketahanan pangan karena yang diproses menjadi energi merupakan sisa atau ampas dari sumber nabatinya. “Kita harus menjamin bahwa upaya mencapai ketahanan energi juga bisa sejalan dengan upaya mencapai ketahanan pangan, tidak boleh ada yang terdisrupsi,” ungkap Nicke.

Dalam kesempatan tersebut, Nicke juga menyampaikan soal Energy Trilemma yang harus dihadapi Indonesia termasuk Pertamina yaitu energy security, energy sustainability, dan energy affordability.

"Saat ini energy security menjadi prioritas untuk Indonesia, tapi di saat bersamaan kami juga tidak melupakan energy affordability dan sustainability, " ujar Nicke. Karena itu menurut Nicke penting dilakukan transisi energi, dengan menggunakan sumber daya alam domestik untuk mereduksi karbon emisi juga menghadirkan kemandirian dan ketahanan energi bagi Indonesia.

Terkait potensi di bidang energi, Indonesia memiliki peluang untuk bisa menjadi bagian penting dalam mendukung energi security di mana Indonesia adalah salah satu penghasil nikel dan bauksit terbesar di dunia yang merupakan material yang diperlukan untuk pengembangan baterai Electric Vehicle (EV). Indonesia juga mempunyai potensi new and renewable energy mulai dari nature based solutions dan carbon capture utilization and storage (CCUS).

Pertamina berkomitmen mendukung komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero pada tahun 2060 atau lebih cepat lagi dengan mengembangkan peta jalan dekarbonisasi aset, pembangunan bisnis ramah lingkungan serta mengembangkan carbon offset.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement