REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Salah satu tokoh terkemuka di dunia teknologi dan pendiri Tesla, Elon Musk memperingatkan masyarakat mengenai risiko tinggi kecerdasan buatan (AI) yang sangat serius. Musk merasa perlu untuk menjelaskan kepada publik terkait pemecatan CEO OpenAI, perusahaan AI terkemuka di dunia, Sam Altman.
OpenAI mengumumkan pemecatan Sam Altman dengan pernyataan yang mengatakan bahwa perusahaan tidak lagi percaya pada kemampuannya untuk terus memimpin. Musk, yang dulunya merupakan anggota dewan OpenAI sebelum meninggalkan perusahaan pada 2018, merespons pemecatan tersebut setelah membaca unggahan mantan CEO Yammer, David Sacks di platform X.
''Mengingat risiko dan kekuatan AI yang canggih, masyarakat harus diberi tahu mengapa dewan direksi merasa mereka harus mengambil keputusan drastis seperti itu," kata Musk, dilansir Business Insider, Senin (20/11/2023).
Meskipun Musk tidak lagi aktif di dewan OpenAI, perhatiannya akan dampak teknologi AI terhadap masyarakat tetap tinggi. Dia meninggalkan dewan OpenAI karena konflik kepentingan dengan Tesla. Namun, perlu dicatat bahwa perusahaan AI yang dimiliki oleh Musk kemungkinan akan mendapat manfaat dari situasi saat ini di OpenAI.
Seiring meningkatnya ketegangan di antara kepemimpinan OpenAI, spekulasi muncul tentang alasan di balik pemecatan Altman. Pertentangan mungkin muncul terkait bahaya AI bagi umat manusia. Altman terkenal agresif dalam mencari pendanaan untuk pengembangan teknologi AI, sementara beberapa anggota dewan lebih cenderung mendesak perusahaan untuk lebih berhati-hati dalam mengatasi potensi ancaman.
Salah satu pendiri OpenAI, Ilya Sutskever, yang memainkan peran penting dalam pemecatan Altman, dikabarkan mendukung pendekatan lebih hati-hati. Sebelum pemecatan, Sutskever membentuk tim Super Alignment di dalam perusahaan. Tim ini bertujuan untuk memastikan bahwa teknologi di balik ChatGPT, khususnya versi masa depan seperti GPT-4, tidak akan membahayakan umat manusia.
Keputusan drastis dari OpenAI menunjukkan kompleksitas dan ketidakpastian dalam mengelola perkembangan teknologi AI yang begitu pesat, serta upaya perusahaan menemukan keseimbangan antara inovasi dan keamanan masyarakat.
Ikuti Whatsapp Channel Republika