Selasa 21 Nov 2023 07:40 WIB

PM Pakistan Sebut Pembantaian Anak-Anak di Gaza Sama Seperti Holocaust

Lebih dari 5000 anak di Gaza telah terbunuh sejak serangan Israel pada 7 Oktober.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Anak-anak Gaza antre untuk mendapatkan makanan selama pengeboman Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza di Rafah pada Senin, 13 November 2023.
Foto: AP Photo/Hatem Ali
Anak-anak Gaza antre untuk mendapatkan makanan selama pengeboman Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza di Rafah pada Senin, 13 November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID,  ISLAMABAD -- Perdana Menteri sementara Pakistan, Anwaarul Haq Kakar, menyebut pembunuhan anak-anak di Gaza sama dengan peristiwa Holocaust yang terjadi di Jerman. Pernyataan itu dilontarkan dalam pidato Kakar di upacara Hari Anak Sedunia di Islamabad.

"Kita sedang menyaksikan Holocaust terhadap anak-anak Palestina di Gaza. Holocaust terhadap anak-anak yang mengerikan ini harus segera dihentikan," ujar Kakar, dilaporkan Anadolu Agency, Senin (20/11/2023).

Baca Juga

Kakar mengecam pembunuhan anak-anak yang tidak masuk akal di Gaza. Kakar menyatakan, anak-anak Palestina telah menjadi korban utama tindakan Israel di wilayah kantong yang terkepung tersebut. Kakar menambahkan, tentara profesional tidak pernah menargetkan warga negara yang tidak bersenjata dan anak-anak selama perang.

"Kami mencoba, bersama dengan mitra global kami dari OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) dan lainnya, untuk memberikan tekanan kepada belahan bumi barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, bahwa kewarasan harus diutamakan," ujar Kakar.

Pakistan telah menyaksikan sejumlah demonstrasi besar-besaran yang mendukung Palestina sejak 7 Oktober. Islamabad  mengirimkan dua gelombang bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Gaza.

Setidaknya 13.000 warga Palestina telah terbunuh dalam serangan brutal Israel, termasuk lebih dari 9.000 wanita dan anak-anak. Sementara lebih dari 30.000 lainnya terluka.

Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja di Gaza juga telah rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat yang tiada henti dari Israel. Blokade Israel juga telah memutus pasokan bahan bakar, listrik, dan air ke Gaza, serta mengurangi pasokan bantuan.

Lebih dari 5000 anak-anak di Gaza telah terbunuh sejak serangan paling mematikan Israel dimulai pada 7 Oktober. Jumlah tersebut terus bertambah pada tingkat yang mengkhawatirkan. Dengan jumlah anak-anak yang mencapai 50 persen dari populasi Palestina di Gaza, tidak dapat dihindari bahwa mereka menanggung beban atas agresi Israel.

Statistik menunjukkan, sejak 7 Oktober, sekitar 420 anak terbunuh setiap hari. Jumlah korban tewas kemungkinan akan lebih tinggi karena ratusan anak di Gaza juga hilang, diyakini terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang dibom.

Lebih dari 6.000 anak-anak juga terluka akibat serangan Israel. Mereka menderita kehilangan anggota tubuh dan luka akibat pecahan peluru. Namun hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada lagi layanan kesehatan yang tersedia, menyusul pengeboman Israel terhadap rumah sakit dan pengepungan yang menghentikan akses pasokan medis penting.

“Kekhawatiran terbesar kami mengenai laporan jumlah anak-anak yang terbunuh menjadi puluhan, kemudian ratusan, dan akhirnya ribuan, terwujud hanya dalam waktu dua minggu,” ujar juru bicara UNICEF, James Elder, dilansir The New Arab.

"Gaza telah menjadi kuburan bagi ribuan anak. Ini adalah neraka bagi semua orang," ujar Elder.

Direktur Save the Children di wilayah Palestina, Jason Lee mengatakan, perang telah memisahkan anak-anak dari keluarga dan menghancurkan kehidupan mereka dengan sangat cepat dan tidak terbayangkan. "Jumlahnya sangat memprihatinkan, dan dengan kekerasan yang terus berlanjut serta meluas di Gaza saat ini, semakin banyak anak-anak yang masih berada dalam risiko besar," ujarnya.

Bagi anak-anak yang selamat dari serangan-serangan ini, masa depan mereka tampak suram karena mereka menghadapi trauma fisik dan emosional, PTSD, dan menjadi yatim piatu.

Menurut UNICEF, laporan tahun 2018 menemukan bahwa satu dari empat anak Palestina membutuhkan dukungan psikologis. Laporan lain dari Save the Children menemukan bahwa empat dari lima anak Palestina hidup dalam depresi, kesedihan, dan ketakutan.

Laporan lain pada 2021 oleh Euro Mediterranean Human Rights Monitor menemukan bahwa 91 persen anak-anak di Palestina didiagnosis menderita PTSD. Penargetan dan pembunuhan anak-anak bukanlah sesuatu yang baru bagi IDF.

Pada  2014, pasukan angkatan laut Israel menargetkan dan membunuh empat anak laki-laki Palestina saat mereka bermain di pantai Kota Gaza.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement