REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyampaikan, permintaan terhadap produk batu bara metalurgi premium tetap tinggi hingga saat ini. Ditopang oleh permintaan yang tinggi, perseroan mencatat kenaikan penjualan secara signifikan hingga kuartal III tahun ini.
“Permintaan terhadap produk batu bara kokas keras premium tetap tinggi, sehingga kami pun tetap yakin akan dukungan struktural terhadap bisnis perusahaan,” kata Presiden Direktur Adaro Minerals, Christian Ariano Rachmat, dalam pernyataan tertulisnya di Jakarta, Senin (27/11/2023).
Ia menyampaikan, volume produksi batu bara metalurgi hingga kuartal III 2023 mencapai 3,98 juta ton atau naik 55 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara itu, capaian penjualan telah mencapai 3,01 juta ton atau tumbuh 38 persen.
Christian menyampaikan, permintaan tetap tinggi di tengah tantangan eksternal yang dihadapi perusahaan. Hal itu pun mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mencatat pertumbuhan produksi, yang menunjang profitabilitas.
EBITDA operasional hingga kuartal III 2023 mencapai 358,1 juta dolar AS atau mengalami penurunan 13 persen yang dikarenakan kenaikan biaya dan penurunan harga jual rata-rata (ASP).
Sementara itu, laba inti turun 11 persen menjadi 258,1 juta dolar AS. Christian menekankan, EBITDA operasional dan laba inti tidak memperhitungkan komponen non-operasional sehingga mencerminkan kinerja bisnis inti.
Adapun sepanjang kuartal I 2023 hingga kuartal III 2023, ADMR mengeluarkan 95,7 juta dolar AS untuk belanja. Terutama untuk kebutuhan pengerjaan konstruksi smelter aluminium yang telah dimulai dan proyek-proyek infrastruktur di Maruwai yang juga terus berlanjut.
“Konstruksi smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya terus menunjukkan kemajuan yang baik. Proyek ini diharapkan akan rampung pada kuartal ketiga 2025, yang merupakan peristiwa penting dalam upaya kami untuk mendukung inisiatif hilirisasi Indonesia di kawasan industri hijau di Kaltara,” ujarnya.
Ia menerangkan, PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) sebagai anak usaha ADMR yang mengerjakan proyek smelter tersebut telah memilih seluruh kontraktor utama untuk konstruksi dan instalasi smelter. KAI juga telah merampungkan pembukaan lahan untuk mess permanen, pemecah gelombang atau coastal jetty breakwater, maupun konstruksi fasilitas pendukung, pekerjaan tanah atau earthworks, dan konstruksi jetty sementara, serta terus melaksanakan konstruksi fasilitas infrastruktur lainnya.
Pada kesempatan yang sama, Investor Relation Manager PT Adaro Minerals Indonesia, Danuta Komar, mengatakan, pasokan batu bara metalurgi dunia masih mengalami keterbatasan seiring kurangnya minat investasi. Di sisi lain, tren permintaan batu bara metalurgi premium dipastikan terus meningkat seiring kebutuhan produksi baja dengan blast furnace yang akan mendominasi.
“India akan menjadi pendorong utama melampui China dan Jepang. Pertumbuhan ekonomi di India akan mendorong jumlah pabrik baja dan mendorong untuk mengimpor batu bara metalurgi,” kata Danuta.
Danuta menambahkan, Australia dan Kanada juga mengalami keterbatas dalam suplai batu bara metalurgi. Oleh karena itu, lanjut dia, keterbatasan tersebut menjadi peluang bagi Indonesia. Adapun pertumbuhan di dalam negeri diyakini perseroan akan memiliki prospek positif di tengah pasokan yang terbatas.