REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Berbagai arsip dan catatan sejarah yang terkait dengan Lasem terus didorong untuk memperkaya khazanah sejarah perjalanan bangsa. Langkah ini dilakukan agar nilai penting sejarah Lasem bisa menjadi bagian dari aset sejarah nasional.
Untuk itu, Dinas Kearsipan dan Perpusatakaan Kabupaten Rembang bersama Yayasan Lasem Heritage mengajukan arsip-arsip Museum Nyah Lasem dalam program registrasi arsip Memori Kolektif Bangsa (MKB) oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Rembang Drs Achmad Sholchan mengungkapkan, mengangkat arsip Lasem sebagai bagian dari sejarah perjalanan bangsa akan mengangkat nama Lasem melalui Arsip Nasional.
"Kiat ini sekaligus menjadi ikhtiar dalam mendukung dan mewujudkan Lasem sebagai kawasan cagar budaya nasional, yang telah berproses sejak tahun 2019 lalu," katanya, Rabu (29/11/2023).
Sholchan menuturkan, Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Rembang sejauh ini telah berkerja sama dengan masyarakat, komunitas pegiat sejarah dan peneliti sejarah tentang Lasem untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
"Arsip yang kita ajukan adalah milik perseorang yang dikelola oleh Museum Nyah Lasem, sebuah Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang kini juga difungsikan sebagai museum, warung makan, tempat diskusi, serta guest house,” kata Achmad Sholchan.
Pengelola Museum Nyah Lasem, Suwargi NS menambahkan, arsip yang diajukan untuk registrasi MKB ini merupakan arsip-arsip koleksi pribadi, dalam hal ini milik A Soesantio dan Baskoro yang juga telah dikaji oleh peneliti Yayasan Lasem Heritage.
Bahkan arsip- arsip tersebut juga sudah didigitalkan secara mandiri. "Arsip- arsip ini penting karena menjadi sumber literasi tentang perjalanan sejarah Lasem, yang baru saja diteliti oleh Agni Malagina, peneliti budaya Tionghoa Indonesia bersama Candrika Ilham seorang arkeolog yang memiliki minat pada pengelolaan museum," ujar pria yang akrab disapa Agik ini.
Sementara itu, peneliti arsip koleksi Museum Nyah Lasem, Agni Malagina, arsip yang tersimpan di Museum Nyah Lasem merupakan arsip penting Lasem yang belum pernah diungkap sebelumnya. Misalnya, arsip yang menunjukkan jaringan bisnis batik Lasem yang masif pada awal hingga pertengahan abad 20. Koleksi ini belum pernah diteliti oleh siapa pun.
“Selain arsip jaringan dagang batik, ada juga arsip tahun 1947 yang menggambarkan kisah peran perempuan Lasem terutama keluarga pelaku usaha batik yang membentuk dapur umum untuk menyediakan nasi bungkus bagi tantara Indonesia di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Menurutnya, arsip tentang peran perempuan Lasem dalam lintasan sejarah Indonesia yang belum pernah terungkap ini cukup istimewa. "Pemilik arsip tersebut merupakan orang yang sangat berjasa dalam melestarikan arsip sejarah Lasem," kata Agni.
Terpisah, pemilik koleksi arsip Lasem, Soesantio mengaku sangat senang dapat berkontribusi untuk kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang.
Ia pun mendukung dan mengizinkan, arsip yang menjadi kolrksi Museum Nyah Lasem dapat diikutsertakan dalam kegiatan Memori Kolektif Bangsa. "Semoga dapat diterima dengan baik dan membawa kebaikan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan sejarah," ujarnya.