Rabu 06 Dec 2023 09:38 WIB

Pesan Nabi Muhammad yang Mendorong Riset di Dunia Medis untuk Menemukan Obat 

Sejumlah pesan Nabi Muhammad mendorong ilmuwan untuk melakukan penelitian.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Pesan Nabi Muhammad yang Mendorong Riset di Dunia Medis untuk Menemukan Obat. Foto:   Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Pesan Nabi Muhammad yang Mendorong Riset di Dunia Medis untuk Menemukan Obat. Foto: Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Para ilmuwan Muslim seperti Abu Ali al Husayn atau Ibnu Sina, Ali bin al Abbas, Abu Bakr Muhammad bin Zakariyya al Razi, dan Abu al Hasan Ali bin Sahl Rabban al Thabari, telah memberi sumbangsih besar bagi dunia kedokteran. Riset-riset yang mereka lakukan dalam dunia medis menjadi pintu masuk bagi para ilmuwan modern di berbagai belahan dunia untuk melakukan pengembangan dalam menemukan metode penyembuhan dan pengobatan dari berbagai penyakit. 

Kesuksesan para ilmuwan Muslim itu tak lain karena mereka mempelajari ayat-ayat Allah yang tersirat dan tersurat serta menjadikan Rasulullah sebagai pedoman dalam melakukan riset medis. 

Baca Juga

Seperti beberapa hadits di bawah ini, yang mendorong para ilmuwan Muslim untuk terus melakukan riset di dunia medis untuk menemukan metode penyembuhan dan pengobatan. 

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

Artinya: Allah tidak menurunkan satu penyakit kecuali Dia juga menurunkan obatnya. (HR. Bukhari). 

كنت عند النبي صلى الله عليه وسلم وجاءت الأعراب فقالوا يا رسول الله انتداوي؟ فقال: نعم يا عباد الله تداووا فإن الله عز وجل لم يضع داء إلا وضع له شفاء غير داء واحد. قالوا ما هو؟ قال: الهرم

Artinya: Aku pernah bersama Rasulullah SAW lalu datang seorang dari kampung Arab pedalaman dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah kita boleh berobat?’ Rasulullah  SAW bersabda: ‘Iya, wahai hamba-hamba Allah, berobatlah, karena Allah ‘Azza wa Jalla tidaklah meletakkan penyakit kecuali meletakkan untuknya obat penyembuh, kecuali satu penyakit.’ Kemudian orang Arab itu bertanya: ‘Apa itu?’ Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: ‘Tua,”  (HR. Ahmad)

 لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بـَرَأَ بِإِذْنِ االلهِ عَزَّ وَجَلَّ

Artinya: Setiap penyakit ada obatnya, dan jika obat itu mengenai penyakitnya, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah. (HR. Muslim). 

إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ وَأَنْزَل لَهُشِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ و جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ

Artinya: Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan beserta obatnya. Orang yang tahu pasti akan tahu obatnya. Dan orang yang tidak tahu pasti ia tidak akan tahu obatnya. (HR. Ahmad)

Hadits-hadits di atas menegaskan pentingnya berobat dan ajuran menjalaninya. Obat hanyalah sebab atau media yang diciptakan Allah untuk penyembuhan. Berobat termasuk sikap meyakini sunnatullah di dunia. 

Dr. Nadiah Thayyarah dalam Mausu’ah al I’Jaz al Qur’ani  yang diterjemahkan menjadi Buku Pintar Sains Dalam Alquran: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah menjelaskan bahwa kalimat عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ و جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ (Orang yang tahu pasti akan tahu obatnya. Dan orang yang tidak tahu pasti ia tidak akan tahu obatnya) terkandung perintah bagi para dokter untuk mencari, mengkaji, melakukan riset dan percobaan untuk menemukan obat segala macam penyakit. Atau membuat formula obat-obat baru yang lebih baik dari sebelumnya. 

Dan pada kalimat لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ (setiap penyakit ada obatnya) memotivasi dan mendorong semangat para pasien agar selalu percaya bahwa ada obat untuk penyakitnya. Sehingga harapannya untuk sembuh semakin besar. 

“Berobat tidak bertentangan dengan prinsip tawakal, sebagaimana makan juga tidak bertentangan dengan sikap menahan lapar. Bahkan kesempurnaan tauhid dan keimanan takkan terwujud kecuali dengan menempuh berbagai sebab yang akibatnya telah diciptakan Allah. Justru dengan tidak berobat nilai tawakal itu akan rusak, karena mengabaikan perintah syariat,” (Lihat Mausu’ah al I’Jaz al Qur’ani karya Dr. Nadiah Thayyarah terbitan Dar al Yamama, Abu Dhabi yang diterjemahkan menjadi Buku Pintar Sains Dalam Alquran: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah oleh penerjemah M Zainal Arifin, Nurakib, Imam Firdaus, Nur Hizbullah, penerbit Zaman pada 2013 halaman 28).

Oleh karena itu Muslim ditekankan untuk terus melakukan penelitian-penelitian, melahirkan inovasi-inovasi di bidang medis. Pada sisi lain, Muslim pun diajarkan untuk optimis dalam mencari kesembuhan. Dan bersamaan dengan ikhtiar lahiriyah dalam mencapai kesembuhan itu, seorang Muslim diajarkan untuk melakukan ikhtiar batiniyah yakni dengan berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT.

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement