REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah amukan Badai Larry di Newfoundland, Kanada, pada tahun 2021, sebuah tim mahasiswa memulai perjalanan untuk mengeksplorasi potensi pengangkutan mikroplastik melalui udara. Anna Ryan, peneliti utama yang merupakan mahasiswa magister ilmu lingkungan di Dalhousie University, bersama rekannya melakukan penelitian terobosan yang diterbitkan pekan lalu di jurnal bergengsi Nature.
Penelitian mereka difokuskan pada daerah pedesaan St Michaels, Newfoundland, sebuah komunitas dengan jumlah penduduk kurang dari 300 orang yang terletak di Semenanjung Avalon, tepat di jalur Badai Larry.
Untuk menguji hipotesis mereka, para peneliti memasang kaca silinder besar, yang pada dasarnya mengumpulkan sampel udara sebelum, selama, dan setelah badai dalam interval enam jam. Pengungkapan yang paling mengejutkan datang dari sampel yang dikumpulkan selama Badai Larry, yang menunjukkan konsentrasi mikroplastik melebihi 100 ribu partikel per meter persegi per hari.
"Angka ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam bidang studi mikroplastik di atmosfer,” kata Ryan seperti dilansir One Green Planet, Rabu (13/12/2023).
Mikroplastik, fragmen yang berukuran kurang dari lima milimeter yang dihasilkan dari penguraian benda-benda plastik yang lebih besar atau luruhnya partikel dari berbagai sumber seperti botol air, kemasan plastik, dan pakaian sintetis, menjadi ancaman yang terus meningkat terhadap lingkungan global. Meskipun lautan sering dianggap sebagai tempat penyimpanan utama mikroplastik, penelitian Ryan menantang gagasan ini.
Partikel mikroskopis yang dikumpulkan selama penelitian berukuran 20 hingga 30 kali lebih kecil dari lebar rambut manusia, sehingga sangat mengkhawatirkan karena mudah terhirup atau tertelan. Potensi risiko terhadap kesehatan manusia dan hewan, serta kesejahteraan ekosistem secara keseluruhan, masih menjadi bahan investigasi yang sedang berlangsung.
Badai Larry memberikan kesempatan unik bagi para peneliti karena badai ini mengikuti lintasan yang jauh di lepas pantai pesisir timur, menghindari daerah perkotaan besar yang biasanya dianggap sebagai sumber mikroplastik di udara. Namun, badai ini melintasi wilayah lautan, termasuk "patch sampah" Atlantik Utara di selatan Newfoundland, di mana arus memusatkan konsentrasi plastik yang tinggi di permukaan.
Secara khusus, mikroplastik terdeteksi di semua 11 sampel yang dikumpulkan selama percobaan. Tingkat sebelum dan sesudah badai relatif konsisten, dengan rata-rata 20 ribu partikel per meter persegi per hari. Sebaliknya, tingkat puncak selama badai melampaui lima setengah kali lipat dari jumlah tersebut.
"Hanya ada sedikit penelitian di dunia yang menyamai cakupan dan kedalaman penelitian ini. Temuan ini memperkuat keberadaan mikroplastik yang tersebar luas di seluruh kompartemen lingkungan bumi, menggarisbawahi pentingnya penelitian ini," kata Tony Walker, seorang profesor di Dalhousie's School for Resource and Environmental Studies dan salah satu penulis dalam makalah tersebut.