Rabu 13 Dec 2023 21:43 WIB

Warga Diminta Lengkapi Imunisasi Anak Cegah Pneumonia

Pneumonia yang disebabkan bakteri mycoplasma ini meningkat di Cina.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Erdy Nasrul
Petugas medis Dinas Kesehatan Kendari mempersiapkan suntikan PCV untuk balita di Pos Pelayanan Keluarga Berencana di Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (12/12/2023). Kementerian Kesehatan menetapkan vaksin pneumococcus konyugasi (PCV) ke dalam program imunisasi rutin untuk melindungi dan mencegah kematian pada anak-anak akibat pneumonia, yaitu peradangan paru paru yang disebabkan oleh infeksi.
Foto: Antara/Jojon
Petugas medis Dinas Kesehatan Kendari mempersiapkan suntikan PCV untuk balita di Pos Pelayanan Keluarga Berencana di Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (12/12/2023). Kementerian Kesehatan menetapkan vaksin pneumococcus konyugasi (PCV) ke dalam program imunisasi rutin untuk melindungi dan mencegah kematian pada anak-anak akibat pneumonia, yaitu peradangan paru paru yang disebabkan oleh infeksi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Warga yang memiliki anak khususnya usia bayi dan balita diajak untuk melengkapi imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV). Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta menyebut, imunisasi PCV ini penting untuk mencegah penyakit pneumonia pada anak.

Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu mengatakan, imunisasi PCV mencegah pneumonia terutama yang disebabkan oleh virus pneumococcus. Namun, imunisasi ini tidak bisa mencegah pneumonia yang disebabkan oleh bakteri mycoplasma.

Baca Juga

Pneumonia yang disebabkan bakteri mycoplasma ini meningkat di Cina, dan di DKI Jakarta juga sudah ditemukan beberapa kasus. Meski begitu, dikatakan bahwa di Kota Yogyakarta belum ditemukan kasus pneumonia yang disebabkan oleh bakteri mycoplasma ini atau yang sempat disebut sebagai pneumonia misterius.

"Imunisasi PCV ini sebagai salah satu upaya pencegahan (pneumonia)," kata Endang, Rabu (13/12/2023).

Dijelaskan Endang, imunisasi PCV diberikan pada usia bayi dua bulan, tiga bulan, dan satu tahun. Pemkot Yogyakarta mulai memberikan imunisasi PCV pada bayi di Kota Yogyakarta sejak September 2022.

Dinkes Kota Yogyakarta pun mencatat bahwa capaian imunisasi PCV sampai triwulan III tahun 2023 sudah mencapai 91,1 persen untuk PCV dosis pertama. Sedangkan, capaian untuk PCV dosis kedua sebesar 87,7 persen, dan PCV dosis ketiga mencapai 23,5 persen.

“Data itu belum divalidasi imunisasi karena bulan Desember ini masih berjalan layanan imunisasi (PCV),” ucap Endang.

Untuk itu, Endang mengimbau masyarakat yang memiliki anak usia bayi yang belum mendapatkan imunisasi PCV agar segera mengakses fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat atau puskesmas. Endang menyebut bahwa imunisasi lebih baik diberikan sesuai jadwal kepada anak atau sesuai umur.

Meski begitu, apabila terlambat atau terlewat dari jadwal, namun diharapkan masyarakat tetap mengakses imunisasi untuk anaknya guna mencegah pneumonia ini. “Prinsipnya boleh diberi meski telat, tapi lebih baik sesuai jadwal,” jelasnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan, Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah juga sudah menyebut bahwa pihaknya meningkatkan kewaspadaan menyusul sudah ditemukannya pneumonia misterius di DKI Jakarta.

Penyakit tersebut mengakibatkan infeksi pernafasan yang disebabkan oleh bakteri mycoplasma. "Kami di Kota Yogyakarta meningkatkan kewaspadaan," kata Lana belum lama ini.

Masyarakat pun diminta untuk tidak panik terkait pneumonia misterius. Lana juga menekankan agar masyarakat mewaspadai penyakit tersebut meski belum ditemukan adanya kasus pneumonia misterius di Kota Yogyakarta.  

"Masyarakat khususnya di Kota Yogyakarta tidak perlu panik berlebihan, yang penting kita selalu waspada karena ini infeksi saluran pernafasan," ucapnya.

Peningkatan kewaspadaan dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan. Mulai dari menggunakan masker mengingat penyakit ini dapat menular melalui droplet, menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), hingga meningkatkan daya tahan tubuh.

"Termasuk makanan bergizi seimbang, minum vitamin mungkin juga diperlukan, istirahat cukup, dan tentunya menjaga PHBS," ungkap Lana.

Untuk kasus pneumonia di Kota Yogyakarta sendiri, dikatakan masih terkendali. Kasus pneumonia yang ditemukan di Kota Yogyakarta tidak disebabkan oleh bakteri mycoplasma.

Berdasarkan data sistem kewaspadaan dini dan respon (SKDR), ada ratusan kasus pneumonia yang dilaporkan di Kota Yogyakarta. Dikatakan, sejak pekan pertama di awal Januari 2023 hingga Desember 2023, dari RSUD Yogyakarta melaporkan 156 kasus pneumonia.

Selain itu, juga ada beberapa puskesmas yang melaporkan penyakit ini. Seperti di Puskesmas Kotagede I yang melaporkan ada 119 kasus pneumonia, dimana di puskesmas ini merupakan yang terbanyak dari puskesmas lainnya di Yogyakarta.

"Di Puskesmas Mergangsan 95 kasus, dan Ngampilan 90 kasus. Ini jumlahnya kasusnya relatif sama di periode yang sama di tahun (2023) lalu. Jadi masih stabil pneumonianya," jelasnya.

Lana menjelaskan, sebagian besar pneumonia di Kota Yogyakarta ini tidak berat atau ringan. Dengan begitu, kasus-kasus yang ditemukan tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit maupun puskesmas.

"Mayoritas dapat diobati dengan rawat jalan. Obat-obatan untuk ispa secara umum di rumah sakit dan puskesmas juga sudah tersedia,” ucapnya.

Lana juga meminta masyarakat untuk mengenali gejala pneumonia ini. Gejala awal yang dapat terjadi bisa berupa munculnya ingus, batuk, demam, hingga nyeri saat menelan. Sedangkan, ciri khas pneumonia yakni sesak nafas karena sudah menyerang ke jaringan paru-paru.

"Pneumonia itu khasnya lebih kepada anak-anak, pada balita itu dengan adanya nafas yang lebih banyak atau lebih cepat," kata Lana.

Selain itu, juga terjadi penarikan dinding dada untuk bernapas lebih banyak. "Ada penarikan dinding dada, jadi agak cekung. Itu juga kompensasi bernafas lebih dalam dan lebih banyak lagi sebagai upaya untuk menghirup oksigen yang lebih banyak," tambahnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement