Senin 18 Dec 2023 15:36 WIB

Ketum Persis: Jadikan Pemilu Sarana Mempersatukan Bangsa

Etika politik yang penting dijaga saat ini adalah etika kesantunan dalam komunikasi.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ani Nursalikah
Ketua Umum PP Persis, Dr KH Jeje Zaenudin saat menjadi pembicara di seminar siasah bagi para dai dengan tema “Penguatan Nilai-nilai Siasah Ala Minhajin Nubuwwah (Etika Propetik dalam Berpolitik)”.
Foto: dok. Republika
Ketua Umum PP Persis, Dr KH Jeje Zaenudin saat menjadi pembicara di seminar siasah bagi para dai dengan tema “Penguatan Nilai-nilai Siasah Ala Minhajin Nubuwwah (Etika Propetik dalam Berpolitik)”.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemilihan presiden-wakil presiden dan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 hanya tinggal beberapa bulan. Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) mengajak seluruh masyarakat menjadikan pemilu sebagai sarana mempersatukan umat dalam kepentingan bersama sebagai bangsa.

"Hajatan pemilu nasional harus menjadi sarana menyatukan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara,” ujar Ketua Umum PP Persis KH Jeje Zaenudin dalam siaran persnya, Senin (18/12/2023.

Baca Juga

Untuk menghadapi kontestasi politik tersebut, kata dia, masyarakat tidak mungkin dan tidak boleh dipaksa untuk menyatukan pilihan kepada salah satu calon pemimpin.  Tetapi, kata dia, masyarakat harus disatukan persepsinya tentang tujuan dan cita-cita dari kehidupan berbangsa dan bernegara secara benar.

“Sesuai dengan falsafah dan ideologi negara yang telah disepakati oleh para pendiri negeri ini,” katanya.

Menurutnya, sebagai kontribusi terhadap bangsa dan negara, Persis melalui Bidang dakwah, Bidang keorganisasian, bekerja sama dengan Dewan Hisbah menyelenggarakan seminar siasah bagi para dai dengan tema “Penguatan Nilai-nilai Siasah Ala Minhajin Nubuwwah (Etika Propetik dalam Berpolitik)”

"Para dai dan mubalig sebagai ujung tombak dakwah dan pembimbing umat memiliki peran penting dalam memberi teladan kepada masyarakat untuk menyikapi dan merespon dinamika politik dengan etika dan akhlakul karimah dan mengamalkan akhlak para nabi,” ujarnya.

KH Jeje menilai di antara etika politik yang penting dijaga saat ini adalah etika kesantunan dalam komunikasi dan bermediasosial terkait isu-isu politik. Media sosial harus dijadikan bahan sebagai sarana berlomba menyebar berita-berita kebaikan (fastabiqul khairat) bukan sebagai sarana lomba menyebar keburukan dengan berita-berita hoax dan ghibah politik.

"Politik nubuwah yang penting juga dilakukan adalah amar makruf nahyi munkar dalam bentuk memperkuat kontrol sosial agar tercipta pemilu yang jujur, adil, dan damai, serta mencegah terjadi pelanggaran etika politik seperti kecurangan dan politik uang,” ujarnya.

Dalam acara tersebut juga dibahas tentang kriteria para pemimpin yang ideal, baik untuk legislatif maupun eksekutif. Pada garis besarnya, kriteria pemimpin nasional yang ideal itu mencakup dua aspek: aspek integritas dan aspek kapabilitas.

“Aspek integritas meliputi sifat-sifat jujur (shidiq), tepercaya (amanah), cerdas (fathonah), dan terbuka atau transparan (tabligh)," katanya.

Menurutnya, aspek kapabilitas diantaranya mencakup kemampuan leadership dan manajemen bernegara yang mumpuni, sanggup mewujudkan  visi dan misi yang telah dirumuskan, kuat dan sehat lahir batin, tegas, dan berwibawa.

Selain itu, kata dia, sebagai negara demokratis dan  pemimpin dihasilkan melalui pemungutan suara rakyat, maka akseptabilitas menjadi penting. Karena pemimpin itu yang dapat diterima oleh semua kelompok masyarakat Indonesia yang sangat majemuk.  

“Pada akhirnya siapapun yang dipilih rakyat itulah yang jadi pemimpin, terlepas dari apapun kelebihan dan kekurangannya,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement