Senin 18 Dec 2023 17:15 WIB

Siapakah yang Bertanggung Jawab Atas Emisi Karbon dalam Sebuah Bangunan?

karbon menjadi tantangan bagi seluruh industri.

Rima Ginanjar, Arsitek Spesialis Zero Carbon
Foto: Dok Pribadi/Instagram
Rima Ginanjar, Arsitek Spesialis Zero Carbon

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rima Ginanjar, Arsitek Spesialis Zero Carbon

Di dunia kontruksi dan desain, siapakah yang bertanggung jawab atas emisi karbon dalam bangunan? Apakah owner, developer, arsitek, atau kontraktor?

Jawabannya sederhana: semuanya memiliki tanggung jawab jejak karbon bangunan. Emisi karbon menjadi tantangan bagi seluruh industri, dan ini adalah tantangan yang harus kita tanggapi bersama.

Sebagai arsitek, kita memegang peran penting dalam proses desain, karena arsitek menjadi jembatan antara owner, developer, kontraktor, bahkan pemerintahan. Sementara owner memiliki keputusan dan pertimbangan anggaran dan goal sustainability jangka panjang.

Sedangan developer membentuk visi proyek dan memengaruhi dampak lingkungan secara keseluruhan. Kontraktor bertanggung jawab atas kontruksi fisik dan implementasi desain yang sudah direncanakan.

Arsitek, khususnya, yang memimpin proses desain, memegang keputusan kritis tentang bahan, tata letak, dan sistem energi. Seorang arsitek akan terus mendampingi dari proses desain hingga bangunan tersebut terbangun.

Ini berarti arsitek memiliki kekuatan untuk mempengaruhi operasional gedung yang membentuk dampak lingkungan suatu bangunan. Memimpin sebagai arsitek tidak hanya sebatas mendesain estetika bangunan, tetapi juga menentukan pola praktik yang sustainable. Di era “global boiling” ini, kita harus memfokuskan desain ke penurunan karbon, efisiensi energi, maintenance, fungsionalitas, hingga rencana akhir hidup life cycle bangunan.

Ini berarti menuntut peran proaktif untuk perubahan dalam industri dan mendidik orang lain tentang pentingnya mengurangi emisi karbon. Kita memiliki kemampuan untuk mendorong industri ke arah yang benar dan rendah karbon.

Salah satu tantangan yang kita hadapi adalah biaya awal konstruksi yang lebih tinggi, hingga owner enggan menerapkan prinsip-prinsip sustainable. Seringkali, kita melihat bangunan berstandar seperti LEED atau Greenship di proyek bergengsi, terutama untuk menampilkan label dan menarik pelanggan.

Namun, esensi sejati dari bangunan sustainable melampaui sertifikasi. Arsitek memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan dan mengajarkan pola pikir atau mindset yang benar di balik desain sustainable, menekankan manfaat jangka panjang daripada biaya jangka pendek.

Dalam perjalanan menuju Zero Carbon di 2060 dalam bangunan, setiap orang memiliki peran yang harus dimainkan. Arsitek, dengan kontrol material dan operasional bangunan dan posisi berpengaruh mereka, dapat menjadi pemimpin dalam misi ini. Mari kita berikan contoh dan bersama-sama mendorong industri konstruksi menuju masa depan, di mana praktik desain yang sustainable bukan hanya label tetapi komitmen nyata untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk keluarga kita dan generasi mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement