Rabu 20 Dec 2023 12:40 WIB

Ilmuwan Hendak Pasang Kerai Raksasa di Orbit untuk Tangkal Perubahan Iklim

Penghalang matahari berbasis ruang angkasa dianggap menjadi solusi mengelola radiasi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi kerai planet yang menghalangi sebagian cahaya matahari.
Foto: Planetary Sunshade Foundation
Ilustrasi kerai planet yang menghalangi sebagian cahaya matahari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan ruang angkasa menawarkan gagasan pemasangan sunshade atau penghalang matahari di orbit untuk membantu menangkis dampak global perubahan iklim. Sebuah kelompok pakar telah dibentuk untuk mempelajari dan mempromosikan ide itu.

Dikutip dari laman Space, Rabu (20/12/2023), inovasi penghalang matahari itu telah dibahas selama bertahun-tahun. Kini, Planetary Sunshade Foundation menerbitkan makalah yang mendukung konsep itu dan menyoroti kepraktisan pendekatan tersebut.

Baca Juga

Penghalang matahari berbasis ruang angkasa dianggap dapat menjadi solusi terbaik untuk mengelola radiasi matahari. Menurut para peneliti, itu bisa menjadi bagian penting dari upaya global untuk melawan perubahan iklim yang sedang berlangsung di Bumi.

Melawan imbas perubahan iklim diketahui bertumpu pada tiga pilar: pengurangan emisi, penghilangan karbon dioksida, dan pengelolaan radiasi matahari. Pemasangan sunshade di orbit bisa membantu pilar ketiga, namun tetap harus didukung dengan upaya lainnya.

"Untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim, dunia harus segera menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, menghilangkan gigaton karbon dari atmosfer, dan membatasi radiasi matahari yang masuk," ungkap direktur eksekutif Planetary Sunshade Foundation, Morgan Goodwin.

Dia menyebut metode sunshade yang mereka usung memiliki banyak keunggulan yang layak untuk diinvestasikan. Disebut-sebut sebagai "megastruktur" di luar angkasa, pelindung matahari itu disarankan dipasang di titik Matahari-Bumi Lagrange-1.  

Jika sudah diterapkan, teknologi ini dapat mengurangi gaya radiasi (terperangkapnya panas di atmosfer akibat emisi gas rumah kaca) dengan memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa. Sunshade memanfaatkan teknologi layar surya awal yang telah dikembangkan.

"Kemajuan teknologi yang pesat dalam sistem peluncuran luar angkasa telah mengakibatkan biaya pengiriman material dan manusia ke luar angkasa turun dengan cepat, sehingga mengubah cakupan dari apa yang mungkin dilakukan," ucap Goodwin.

Menurut Planetary Sunshade Foundation, ada dua kemungkinan strategi konstruksi sunshade. Tahap awal konstruksinya berupa arsitektur yang diluncurkan dari Bumi, sedangkan tahap selanjutnya akan menggunakan sumber daya luar angkasa dan konstruksi di luar angkasa.

Meski banyak yang menganggapnya menjanjikan, ada pula yang tidak sepakat sebab dinilai menentang alam. Menanggapi itu, Goodwin menyebut bahwa manusia selama ini sudah merusak alam dalam skala besar melalui praktik industri.

Sementara, kelangsungan hidup manusia sebagai sebuah peradaban bergantung pada kemampuan untuk secara bijaksana dan sengaja mengubah cara berinteraksi dengan Bumi. Goodwin mengingatkan pula bahwa tahun ini akan ditutup sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat.

Temperatur keseluruhan di tahun ini melampaui rekor tahun 2022, yang juga melebihi tahun sebelumnya, yakni 2021. "Seiring dengan meningkatnya laju dan dampak pemanasan, semakin banyak taktik dan perspektif yang akan diterapkan meja," tutur Goodwin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement