Kamis 11 Jan 2024 07:13 WIB

Pelajaran yang Kerap Dilupakan dari  Kisah Nabi Musa dan Khidir Alaihimassalam

Allah SWT memberikan pelajaran berharga untuk Nabi Musa bertemu Nabi Khidir

Rep: Imas Damayanti / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Nabi Musa. Allah SWT memberikan pelajaran berharga untuk Nabi Musa bertemu Nabi Khidir
Foto: MgIt03
Ilustrasi Nabi Musa. Allah SWT memberikan pelajaran berharga untuk Nabi Musa bertemu Nabi Khidir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kisah Nabi Musa dan Khidir sesungguhnya adalah kisah mengenai orang-orang yang beriman. Namun sayangnya, umat Islam kerap abai terhadap pelajaran dan hikmah penting dari perjalanan kisah kedua makhluk Allah tersebut.  

Syekh Aidh Al-Qarni dalam buku Sentuhan Spiritual menjelaskan, sebelum Khidir menjelaskan tentang rahasia-rahasia di balik perbuatannya yang membingungkan bagi Nabi Musa, ada baiknya umat Islam memperhatikan beberapa pelajaran penting dari kisah pertemuan mereka.    

Baca Juga

Dalam Alquran dan hadits diterangkan mengenai awal mula perjumpaan Nabi Khidir dengan Nabi Musa AS.

Pertama-tama, saat sedang berceramah di depan kaumnya, Nabi Musa ditanya seseorang. “Wahai Musa, adakah orang di bumi ini yang lebih pintar daripada engkau?” Yang ditanya untuk sesaat terdiam, lalu berkata, “Tidak ada.” 

Ternyata Allah SWT tidak ridha dengan jawaban Musa. Lalu Allah SWT mengutus Jibril untuk menegaskan kepadanya, “Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui di mana Allah SWT meletakkan ilmu-Nya?” 

Mendengar firman Allah SWT yang dibawa Jibril, Nabi Musa sadar bahwa dia terburu-buru menyampaikan jawaban. 

Jibril kembali berkata kepadanya, "Sesungguhnya Allah SWT mempunyai seorang hamba yang berada di Majma al-Bahrain (bertemunya dua lautan) yang dia lebih alim daripada kamu." 

Mendengar perkataan itu, Nabi Musa penasaran dan ingin segera menemuinya untuk menimba ilmu kepada orang yang disebut Jibril tadi. 

Lalu timbullah keinginan dalam dalam hatinya untuk pergi dan menemui hamba yang alim itu. Namun, Musa bertanya-tanya bagaimana dia dapat menemui orang alim itu.

Seketika dia mendapatkan perintah untuk pergi dan membawa ikan di keranjang. Ketika ikan itu hidup dan melompat ke lautan maka di tempat itulah Musa akan menemui hamba alim yang dimaksud. 

Akhirnya, Musa pergi guna mencari ilmu dan beliau ditemani oleh seorang pembantunya yang masih muda, dikisahkan pembantunya itu bernama Yusya bin Nun. 

Bersama pemuda itu Nabi Musa membawa ikan di keranjang. Kemudian mereka berdua pergi untuk mencari hamba yang alim dan saleh tersebut.  

Tempat yang mereka cari adalah tempat yang sangat samar. Namun, tekad bulat menguatkan hati Musa untuk tetap menemuai sosok misterius itu. Tiba-tiba ketika mereka sedang istirahat, ikan yang mereka bawa loncat dari tempatnya. 

Entah apa penyebab, tiba-tiba ikan yang mati itu bergerak seperti hidup terbang melayang menuju sumber air tenang. Peristiwa itu tidak diketahui Musa karena sedang beristirahat. Yusya bin Nun itu heran bagaimana bisa ikan mati itu hidup kembali dan melompat ke laut. 

Yusya terus memikirkan peristiwa tadi sampai melanjutkan perjalanan yang sangat jauh. Setelah mendapati tempat istirahat lagi, mereka berdua merasa lapar. Musa menyarankan untuk membuka perbekalannya berupa ikan yang matang. 

Nabi Musa berkata kepadanya, “Coba bawalah perbekalan yang kita bawa, kita akan makan siang di sini. Sungguh kita telah merasakan keletihan akibat perjalanan ini.” 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement