REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penyebutan kata istri dalam Alquran adakalanya menggunakan zawj adakalanya imra’ah.
Perbedaan panggilan ini bukan tanpa alasan, karena jika kita menelusuri ayat-ayat Alquran, kita akan menemukan adanya pembedaan dalam penggunaan kata zawj dan imra’ah, meskipun keduanya sama-sama bermakna istri.
Secara singkat, kata imra’ah digunakan untuk istri yang tidak sepadan dengan suaminya. Sepadan di sini dalam pengertian tidak sekeyakinan atau tidak satu dalam kebersamaan (keharmonisan, keserasian, dan kedekatan dengan pasangannya).
Misalnya istri Nabi Luth dan istri Nabi Nuh alaihissalam, yang berbeda keyakinan. Begitu juga dengan istri Firaun yang justru beriman tetapi suaminya tidak.
Lalu bagaimana atau seperti apa istri yang disebut Allah SWT dengan panggilan zawj? Dikutip dari buku “Nabi Isa pun Tak Bisa Sembuhkan : Memetik hikmah Ayat-Ayat Semesta” karya Musa Kazhim, Alquran menggunakan kata zawj dalam konteks seorang istri yang telah sempurna dalam hal keharmonisan, keserasian, dan kedekatan dengan pasangannya. Berikut ini beberapa contoh penggunaan kata zawj dalam Alquran
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS Al-Rum ayat 21). Allah SWT juga berfirman dalam ayat lain
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Al-Furqan ayat 74)
Dengan kata itu pula, Alquran menyebut Siti Hawa sebagai istri Nabi Adam alaihissalam:
وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ
"Dan Kami berfirman, "Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga." (QS Al-Baqarah ayat 35)
Demikian halnya Alquran menggambarkan istri-istri Nabi Muhammad SAW dengan kata zawj. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Alquran sebagai berikut:
اَلنَّبِيُّ اَوْلٰى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ اَنْفُسِهِمْ وَاَزْوَاجُهٗٓ اُمَّهٰتُهُمْ
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang Mukmin dibandingkan diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (QS Al-Ahzâb ayat 6)
Sementara itu, kata imra'ah ketika tidak ada keserasian, keharmonisan, dan kedekatan di antara pasangan suami istri karena adanya penghalang, maka Alquran akan menyebut sang istri sebagai imra’ah sebagai ganti zawj.