Senin 05 Feb 2024 06:34 WIB

Hibah 60 Artefak Sriwijaya dari Pensiunan KPPN untuk FKIP Unsri

Universitas Sriwijaya dengan nama dan lokasinya mengemban dan harus mengedepankan data-data, koleksi, pusat pendidikan tentang Kedatuan Sriwijaya.

Rep: MASPRIL ARIES/ Red: Partner
.
Foto: network /MASPRIL ARIES
.

Ibrahim Saad menyerahkan hibah kolektor artefak sriwijaya ke FKIP Unsri. (FOTO: D Oskandar.=)
Ibrahim Saad menyerahkan hibah kolektor artefak sriwijaya ke FKIP Unsri. (FOTO: D Oskandar.=)

KINGDOMSRIWIJAYA – Ada banyak artefak sejarah dari masa Kedatuan Sriwijaya yang ada dan bertebaran di tengah masyarakat. Dari artefak yang banyak jumlahnya tersebut, akhir pekan lalu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sriwijaya (Unsri) mendapat hibah artefak tersebut dari seorang kolektor artefak sejarah Ibrahim Saad.

Ibrahim Saad yang pernah bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Keuangan Direktur Jendral Perbendaharaan (DJPb) KPPN Palembang adalah seorang kolektor artefak masa Kedatuan Sriwijaya. Dari koleksinya tersebut, Ibrahim memberikan hibah sebanyak 60 artefak masa Kerajaan Sriwijaya untuk FKIP Unsri.

Hibah artefak tersebut diterima Wakil Dekan II FKIP Nyimas Aisyah mewakili Dekan FKIP Hartono dengan didampingi Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unsri Hudaidah. Dekan FKIP Unsri meminta supaya hibah 60 artefak masa Sriwijaya hingga kolonial ini dicatat dan diinvertaris oleh Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri.

“Benda tersebut selain untuk sumber pembelajaran sejarah juga harus dijadikan galeri mini museum Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri agar juga bisa diperkenalkan dan dikunjungi oleh anak-anak sekolah di Sumatera Selatan. Sehingga Universitas Sriwijaya, terutama FKIP ke depannya bisa menjadi corong pusat studi peradaban Sriwijaya”, katanya.

Penyerahan hibah artefak masa Sriwijaya tersebut diserahkan bersamaan Kajian Sejarah Lokal Series #1 Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri “Artefak sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah dalam Undang-Undang Cagar Budaya di Sumatera Selatan” di Laboratorium Pendidikan Sejarah Kampus FKIP di Jalan Ogan, Palembang.


Kajian Sejarah Lokal Series #1 Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri. (FOTO: D Oskandar)
Kajian Sejarah Lokal Series #1 Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri. (FOTO: D Oskandar)

Wakil Dekan II FKIP Nyimas Aisyah mengatakan, “Kegiatan Kajian Sejarah Lokal Series kita anjurkan ke Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri. Sekaligus menjawab tantangan asesor pada waktu akreditasi. Agar Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri menghadirkan benda-benda dari koleksi Kedatuan Sriwijaya”.

Menurut Nyimas Aisyah, “Karena Universitas Sriwijaya dengan nama dan lokasinya mengemban dan harus mengedepankan data-data, koleksi, pusat pendidikan tentang Kedatuan Sriwijaya. Kami mengucapkan apresiasi tinggi kepada kolektor Ibrahim Saad selain sebagai narasumber juga memberi hibah berupa 60 artefak keramik Sriwijaya. Ini untuk memperkaya koleksi dan bahan pembelajaran sejarah di Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri”.

Ibrahim Saad pada Kajian Sejarah Lokal Series #1 menceritakan tentang berbagai koleksi yang dimilikinya. Menurutnya, saat di sekolah menengah, tertarik pada sejarah Kedatuan Sriwijaya dari narasi yang disampaikan guru sejarah. Karena narasinya belum lengkap karena tidak ditunjang berbagai bukti sejarah.

“Ketika saya bekerja di Kementerian Keuangan DJPb KPPN Palembang tahun 1988 kantornya dekat dengan Pasar Cinde. Dengan rasa penasaran saya sering keliling di Pasar Cinde dan menemukan berbagai artefak Sriwijaya yang dijual di sana”, katanya.

Kecintaan Ibrahim Saad pada artefak Sriwijaya membuat dirinya banyak menemukan artefak sejarah yang dijual di Pasar Cinde. Karena rasa penasarannya, kemudian dirinya banyak terhubung dengan para penyelam yang mencari emas di Sungai Musi. Selain emas, mereka menemukan berbagai guci, keramik dan mata uang berbagai dinasti di Cina semasa Kedatuan Sriwijaya.

“Saya membujuk para penyelam untuk menjual barang-barang temuannya kepada saya. Akhirnya para penyelam tersebut tidak saja menjual dengan harga murah. Namun banyak memberi berbagai artefak itu secara gratis ke saya. Selama 1988 sampai 1993 akhirnya koleksi artefak tersebut pun bertambah banyak”, kata Ibrahim.


Beragam koleksi artekak yang dihibahkan Ibrahim Saad (FOTO: D Oskandar)
Beragam koleksi artekak yang dihibahkan Ibrahim Saad (FOTO: D Oskandar)

Tahun 1994 hingga 1998 Ibrahim mendapat mutasi tugas ke Lubuklinggau. Sehingga usaha untuk megumpulkan koleksi artefak dihentikan sementara.

“Baru tahun 1999 saya dipindahkan kembali ke Palembang. Sejak saat itu saya mencari dan mengumpulkan lagi berbagai artefak Sriwijaya” ujarnya.

Ibrahim mengakui, para penyelam yang dulu dikenalnya sudah bersepuh dan ada yang sudah meninggal sehingga ia kesulitan dalam mengoleksi. Juga tempat ia menampung berbagai koleksi tersebut sudah penuh.

“Saat saya sudah pensiun saya kebingungan untuk menyimpan barang-barang koleksi yang kumpulkan. Saya yakin artefak tersebut sangat berharga untuk pembelajaran sejarah di kalangan generasi muda”, katanya.

Kemudian sebanyak 400 koleksinya disumbangkan Ibrahim Saat ke Museum Negeri Sumatera Selatan. Dan kini 60 koleksi artefak dihibahkan ke Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri. “Biar mahasiswa bisa mengkajinya”, Kata Ibrahim Saad yang pernah menjabat kepala Subbag Umum KPPN Kementerian Keuangan Palembang sejak 2022.

Sementara itu Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unsri Hudaidah selain menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas hibah artefak masa Sriwijaya kepada Ibrahim Saad.

“Waktu penyusunan kurikulum Program Pendidikan Sejarah sesuai MBKM, memasukkan mata kuliah Pengolaan Laboratorium. Mata kuliah ini bertujuan agar berbagai sekolah di Sumatera Selatan, terutama di Kota Palembang. Kami sedikit miris, misal dari 22 SMAN yang ada di Kota Palembang. Tidak satupun yang memiliki laboratorium sejarah”, katanya.


Menurut Hudaidah, artefak untuk pembelajaran sejarah di Sumatera Selatan ini cukup banyak. Karena sejarah Sumatera Selatan mulai dari masa Sriwijaya, Kesultanan Palembang, dan kolonial cukup panjang.

“Namun artefak ini membutuhkan ruang penyimpan, seperti laboratorium sejarah di sekolah. Jika guru sejarah di Sumatera Selatan memiliki inisiatif membuat laboratorium sejarah sekolah. Saya yakin berbagai temuan artefak di Sumatera Selatan, termasuk hibah para kolektor seperti Pak Ibraim. Dapat dikoleksi oleh laboratorium sejarah di sekolah-sekolah yang ada di Sumatera Selatan”, katanya.

Sementara itu anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Palembang sekaligus dosen UIN Raden Fatah Palembang, Jumanah dalam paparannya mensosialisasikan tentang Undang-Undang No 11/2010 dan PP No 1/2022 tentang Cagar Budaya yang direlasikan dengan artefak sebagai sumber pembelajaran sejarah.

“Cagar budaya ini adalah kekayaan budaya bangsa. Termasuk salah satunya artefak. Selain harus dilindungi. Berbagai cagar budaya dan artefak ini bisa menjadi sumber pembelajaran. Baik di perguruan tinggi maupun di sekolah”, katanya.

TACB Kota Palembang saat ini terus mensertifikasi agar banyak situs, bangunan serta benda sejarah di Kota Palembang dapat dijadikan Cagar Budaya. “Tahun ini ada tiga yang diusulkan Museum SMB II, Kantor Walikota Palembang, dan Rumah Jaksa di Talang Semut”, ujar dosen Prodi Hukum Pidana Islam UIN RF Palembang.

Menurut Jumanah TACB Kota Palembang akan mendata dan mensertifikasi lagi berbagai benda cagar budaya di Kota Palembang agar setiap tahun lebih banyak lagi Cagar Budaya di kota kita Palembang.

Menurut Kepala Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri, Dedi Irwanto, laboratorium sejarah memberi inspirasi tidak saja kepada mahasiswa sejarah. Namun juga pada penggiat sejarah di Sumatera Selatan. (D Oskandar)

sumber : https://kingdomsriwijaya.id/posts/285133/hibah-60-artefak-sriwijaya-dari-pensiunan-kppn-untuk-fkip-unsri
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement