REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok makin bersuara usai dirinya resmi mundur dari posisinya sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero). Setelah keputusan tersebut, ia mendeklarasikan dukungan dan akan membantu kampanye pemenangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Namun usai dua hal tersebut, rupanya ia langsung dihubungi oleh mantan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Si penelepon menjanjikan bahwa dirinya akan ditunjuk sebagai menteri dalam perombakan atau reshuffle kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Maret mendatang.
"Saya ditawarkan jadi Dirut Pertamina Juni kemarin. Terus dia bilang, begitu menang, Maret ini reshuffle saya diangkat jadi menteri," ujar Ahok dalam acara "Eropa Bersatu: Festival Tiga Jari" yang disiarkan di Youtube, dikutip Rabu (7/2/2024).
Iming-iming jabatan tersebut akan diberikan kepada Ahok asalkan dia mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Namun, mantan gubernur DKI Jakarta itu menolak, dan memilih untuk memperjuangkan pasangan calon nomor urut 3.
"Saya harus melepaskan jabatan saya untuk fight kemenangan Ganjar. Kalau kamu merasa Ganjar akan kalah, tidak bisa satu putaran, kamu harus keluar dong, all out berjuang buat dia," ujar Ahok.
Si penelopon yang disebutnya sebagai eks kader PDIP tersebut pun berkata kepada Ahok, terkait jasa-jasa Jokowi kepadanya. Salah satunya saat mengangkat Ahok menjadi Komisaris Utama Pertamina, meski dirinya berstatus sebagai narapidana.
"Saya nggak usah sebut namanya, yang udah keluar dari PDIP. Telepon saya, kamu masih ingat loh, jasanya loh napi dijadikan komut," ujar Ahok.