REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga beras di gerai ritel modern saat ini dibanderol 25 persen di atas harga eceran tertinggi (HET). Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim mengatakan, pemerintah sudah berkoordinasi dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) untuk menjaga stabilitas harga.
"Sudah berkomunikasi dengan Aprindo," kata Isy kepada Republika, Ahad (11/2/2024).
Meski begitu, Isy mengatakan, komunikasi tersebut hanya bersifat imbauan. Kebijakan stabilisasi harga beras kini ada di Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Satgas Pangan. "Namun, mengingat kebijakan stabilisasi harga sudah didelegasikan ke Bapanas, untuk langkah-langkah kebijakan dikoordinasikan dengan Bapanas dan K/L terkait, termasuk Satgas Pangan," tambah Isy.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan, para peritel terpaksa menjual komoditas bahan pokok seperti beras, gula, dan minyak goreng di atas harga eceran tertinggi (HET) serta harga acuan lainnya lantaran mendapat harga yang tinggi dari produsen.
Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey mengatakan, para produsen telah menaikkan harga beli (tebus) sebesar 20-35 persen di atas HET sejak sepekan terakhir, sehingga peritel juga harus menaikkan harga jual.
"Faktanya saat ini kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET," ujar Roy di Jakarta, Ahad (11/2/2024).
Roy menyampaikan, Aprindo tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok. Harga yang ditetapkan oleh produsen sebagai sektor hulu selanjutnya mengalir kepada peritel di sektor hilir melalui jaringan distribusi, kemudian dibeli atau dibelanjakan oleh masyarakat pada gerai ritel modern.