REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika seseorang merasa ketidakadilan tidak dirasakan, ia berhak menempuh jalan untuk mencari titik terang dari jawaban keadilan itu. Dalam Islam, terdapat kisah yang menarik mengenai teladan kakek Nabi, Abdul Muthalib.
Dalam buku Tahdzib Sirah Ibnu Hisyam karya Abdus Salam Harun dijelaskan, ketika Abdul Muthalib tidur di Hijir Ismail, beliau bermimpi diperintahkan menggali sumur Zamzam.
Setelah jelas baginya lokasi sumur Zamzam itu, Abdul Muthalib pun keluar dengan membawa peralatan yang dibantu oleh putranya bernama Al-Harits. Saat itu, anaknya barulah satu orang. Sambil dibantu anaknya, begitu tampak batu penutup sumur maka ia pun bertakbir sehingga orang-orang Quraisy mengetahui ia telah berhasil menemukan lokasi sumur Zamzam.
Kaum Quraisy pun akhirnya menemui Abdul Muthalib lalu berkata, “Wahai Abdul Muthalib, itu adalah sumur bapak kita, Ismail AS. Berilah bagian untuk kami karena kami pun punya hak di dalamnya!” Mendengar itu, beliau pun menjawab, “Tidak! Sumur ini khusus bagiku, tidak untuk kalian."
Mendengar jawaban itu, kaum Quraisy pun menantang beliau dan berkata, “Bersikap adillah, sebab kami tidak akan membiarkanmu begitu saja memilikinya, kami akan menggugatmu!”
Lalu, Abdul Muthalib meminta...