REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Singapura dilaporkan telah menganggarkan dana sebesar 3,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 57 triliun) untuk berinvestasi dalam teknologi dan infrastruktur energi bersih sebagai upaya mencapai net zero emission pada tahun 2050.
Dana tersebut disebut sebagai “Future Energy Fund” tersebut diyakini mampu mempercepat dan meningkatkan keamanan dalam energi bersih.
“Future energy fund akan menempatkan kami pada posisi yang lebih unggul dalam mengembangkan infrastruktur penting dan meningkatkan keamanan kami dalam energi bersih,” kata Wakil Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong seperti dikutip Rigzone, Sabtu (17/2/2024).
Pergeseran Singapura ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin terhambat oleh keterbatasan lahan. Saat ini, sekitar 95 persen listrik negara kota ini berasal dari gas alam.
Dengan sektor ketenagalistrikan yang menyumbang 40 persen dari total emisi, pemerintah berencana untuk mengimpor listrik rendah karbon dari negara-negara tetangga, yang akan membutuhkan investasi pada kabel bawah laut dan infrastruktur jaringan listrik. Pemerintah juga sedang mempertimbangkan pembangkit, penyimpanan, dan pengiriman hidrogen.
"Skala transisi ini sangat besar, dan kita perlu merampungkannya dalam waktu dua dekade ke depan. Ini bukanlah waktu yang lama untuk tugas yang besar seperti ini,” kata Wong.