Kamis 22 Feb 2024 21:49 WIB

Antisipasi Perundungan, Guru Diminta Waspadai Geng Sekolah

Guru dinilai perlu mengeduksi siswa tentang buruknya praktik perundungan.

Bullying atau perundungan (ilustrasi). Guru diminta mewaspadai adanya kelompok atau geng di sekolah untuk mengantisipasi praktik perundungan atau bullying.
Foto: Dok. Freepik
Bullying atau perundungan (ilustrasi). Guru diminta mewaspadai adanya kelompok atau geng di sekolah untuk mengantisipasi praktik perundungan atau bullying.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta guru mewaspadai adanya kelompok atau geng di sekolah. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi praktik perundungan atau bullying.

"Dalam teori psikologi sosial, biasanya bullying itu tidak dilakukan orang per orang tetapi oleh clique, oleh komplotan, anak-anak geng ya itu kalau teori clique," kata Muhadjir di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (22/2/2024).

Baca Juga

Clique adalah kelompok teman sebaya yang terjalin erat berdasarkan ketertarikan tertentu yang sama. Muhadjir mencontohkan clique di sekolah bisa terjadi misalnya atas dasar merasa sama-sama cantik atau merasa sama-sama berasal dari keluarga kaya, lalu berkumpul membentuk geng di sekolah.

"Biasanya orang akan berkumpul dengan suatu kesamaan dan guru harus mewaspadai betul dan itu bisa terjadi di semua sekolah," kata dia.

Muhadjir juga mengingatkan agar guru dan pimpinan sekolah senantiasa mengedukasi siswa dan siswi tentang buruknya praktik perundungan. Sedangkan jika sudah terjadi praktik perundungan, Muhadjir berpesan agar pihak sekolah segera melakukan langkah-langkah pemulihan termasuk konsultasi bimbingan, tidak hanya kepada siswa yang menjadi korban melainkan juga kepada pelaku perundungan.

"Termasuk juga yang melakukan, karena yang melakukan ini mereka yang belum dewasa. Dia juga butuh treatment, jangan sampai menjadi perilaku yang kambuhan," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement