DIAGNOSA -- Sebanyak 90 persen penyebab diare pada bayi dan anak usia kurang dari dua tahun adalah rotavirus. Sebanyak 10 persen lainnya karena penyebab yang berbeda-beda.
Dokter spesialis anak, Ariani Dewi Widodo mengatakan, diare karena infeksi rotavirus itu biasanya lumayan parah dan berat. Karena itu, tidak jarang orang tua merasa panik. "Jadi dia diare hebat, bisa 15 kali, 20 kali sehari, muntah-muntah hebat, sakit perut, demam," ujar Ariani dalam acara bincang-bincang "Lawan Diare Berat dengan Imunisasi Rotavirus" Kementerian Kesehatan, Kamis, 22 Februari 2024.
Ariani menyebutkan, infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi berat, dan apabila tidak tertolong dapat menyebabkan kematian. Diare adalah penyebab tertinggi kematian anak di Indonesia, selain pneumonia.
Rotavirus menyebar melalui kontak fisik dengan tinja yang terinfeksi atau melalui makanan dan minuman yang tidak bersih. Oleh karena itu, kalau buang air, sebaiknya di jamban atau toilet, apabila fasilitasnya ada.
"Kemudian harus dibersihkan dengan baik dan jangan lupa setelahnya cuci tangan yang bersih dengan sabun," kata dr Ariani.
Baca juga: Cara Merawat Sendiri Anak yang Demam di Rumah
Lebih lanjut, dr Ariani mengingatkan agar cuci tangan tidak boleh cepat-cepat. Cuci tangan yang benar adalah ketika seluruh tangannya dibersihkan, termasuk di sela-sela kuku.
Secara umum, pencegahan infeksi rotaviurs adalah dengan cara menjaga kebersihan. Akan tetapi, rotavirus memiliki karakteristik tersendiri, di mana virus itu bisa bertahan lebih baik dibanding yang lainnya. Virus itu dapat menempel di mainan atau benda-benda lain yang digunakan anak.
Sebagai buktinya, angka kasus diare akibat rotavirus di negara maju tidak terlalu jauh berbeda dengan negara berkembang. Padahal, negara maju cenderung lebih bersih.
"Apakah itu berarti kita tidak usah bersih-bersih? 'Ah, sama aja'. Nggak begitu. Kita tetap harus menjaga kebersihan. Tapi, artinya harus ada usaha lain," kata dr Ariani.
Cara pencegahan diare akibat rotavirus, yaitu dengan memberikan vaksin rotavirus. Imunisasi tersebut diberikan saat anak masih bayi, mulai dari usia enam minggu hingga enam bulan.
Baca juga: Penelitian Baru Sindrom Kematian Mendadak Bayi: Ada Infeksi Virus pada Otak
"Jadi, dosis pertama tidak boleh diberikan lebih dari usia 3 bulan. Dan mulai diberikannya usia 1,5 bulan. Kalau sudah dosis pertama, maka dosis kedua dan ketiga boleh diberikan, sampai dengan usia 6 bulan," ujarnya. Sumber: Republika