Catatan Kelamnya Ramadhan dari Warga Gaza untuk Dunia

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil

Selasa 19 Mar 2024 19:08 WIB

Anggota keluarga Al-Rabaya berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan di luar rumah mereka yang hancur akibat serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza, Senin, 18 Maret 2024. Foto: AP Photo/Fatima Shbair Anggota keluarga Al-Rabaya berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan di luar rumah mereka yang hancur akibat serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza, Senin, 18 Maret 2024.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Abeer Barakat, namanya. Dia kandidat doktor berbahasa Inggris, ibu dari empat remaja, dan aktivis kesejahteraan perempuan dan anak-anak di Palestina. Kisahnya tentang kengerian bulan Ramadhan 1445 H di Gaza, dimuat di Time.

Ramadhan 1445 H memang dimulai pada Maret 2024. Namun bagi warga Gaza, menurut penuturan Barakat, puasa sudah dimulai sejak Oktober 2023 lalu karena alasan yang tragis. Ramadhan mempunyai tempat tersendiri di hati setiap umat Islam, dan warga Gaza tentu menantinya sepanjang tahun.

Baca Juga

"Sebagai seorang anak kecil, aku ingat kegembiraan saat menggantungkan lentera warna-warni di rumah. Orangtuaku mengajarkan aku dan adik-adikku untuk berpantang makan dan minum dari Subuh hingga Maghrib, menanamkan dalam diri kami bahwa maksud puasa adalah untuk melatih diri agar bersabar, meninggikan jiwa dari nafsu duniawi, dan berusaha membebaskan pikiran dari nafsu-nafsu duniawi, dorongan jahat, dan berbuat baik kepada orang-orang di sekitar kita," begitu tulis Barakat.

Namun, Barakat mengatakan, tidak ada persiapan Ramadhan untuk tahun ini. Dia juga tidak yakin bisa bertahan hingga bulan Ramadhan. Setidaknya 30 ribu warga Palestina di Gaza telah terbunuh sejak 7 Oktober, dan 80 persen penduduknya terpaksa mengungsi.