REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China telah memperkenalkan pedoman-pedoman yang melarang penggunaan prosesor AMD dan Intel di komputer dan server pemerintah. AMD dan Intel adalah prosesor dari Amerika Serikat (AS).
Kabar tersebut dilaporkan oleh The Financial Times. Dilansir Engadget, Selasa (26/3/2024), peraturan-peraturan baru juga memblokir Microsoft Windows dan produk database asing demi solusi-solusi domestik. Ini menandai langkah terbaru dalam perang dagang teknologi yang telah berlangsung lama antara kedua negara.
Instansi-instansi Pemerintah China sekarang harus menggunakan pengganti chip domestik yang “aman dan andal” untuk menggantikan chip AMD dan Intel. Daftar tersebut mencakup 18 prosesor yang disetujui, termasuk chip dari Huawei dan perusahaan yang didukung negara, Phytium. Keduanya dilarang di AS.
Aturan-aturan baru ini diperkenalkan pada Desember lalu dan diterapkan secara diam-diam baru-baru ini. Pun, Aturan baru ini dapat berdampak signifikan pada Intel dan AMD.
China menyumbang 27 persen dari penjualan Intel senilai 54 miliar dolar AS atau sekitar Rp 852,3 triliun tahun lalu dan 15 persen dari pendapatan AMD sebesar 23 miliar dolar AS atau sekitar Rp 363.032.000.000.000, menurut FT. Namun tidak jelas berapa banyak chip yang digunakan di pemerintahan dan sektor swasta.
Langkah ini merupakan langkah paling agresif yang dilakukan China dalam membatasi penggunaan teknologi buatan AS. Tahun lalu, Beijing melarang perusahaan domestik menggunakan chip Micron di infrastruktur penting.
Sementara itu, AS telah melarang berbagai perusahaan China mulai dari produsen chip hingga perusahaan dirgantara. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden juga telah memblokir perusahaan AS seperti NVIDIA untuk menjual kecerdasan buatan (AI) dan chip lainnya ke China.
AS, Jepang, dan Belanda mendominasi produksi prosesor-prosesor mutakhir, dan negara-negara tersebut baru-baru ini sepakat untuk memperketat kontrol ekspor mesin-mesin litografi dari ASL, Nikon, dan Tokyo Electron. Namun, perusahaan-perusahaan China, termasuk Baidu, Huawei, Xiaomi, dan Oppo, telah mulai merancang semikonduktor mereka sendiri untuk mempersiapkan masa depan di mana mereka dapat lebih lama lagi mengimpor chip dari AS dan negara-negara lain.