Jumat 29 Mar 2024 07:46 WIB

Jakarta Masih Jadi Pusat Perputaran Uang Nasional dan Kegiatan Ekonomi

Jakarta jadi lokasi kantor perusahaan nasional dan multinasional serta keuangan.

Sejumlah warga berfoto dengan latar belakang Tugu Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, Jumat (9/2/2024).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah warga berfoto dengan latar belakang Tugu Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, Jumat (9/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi DKI Jakarta Mochamad Abbas mengatakan, Jakarta masih menjadi pusat perputaran uang nasional dan kegiatan perekonomian nasional di masa depan.

"Jakarta merupakan pusat perputaran uang nasional, sekitar 70 persen uang beredar di Jakarta. Hal ini karena Jakarta merupakan pusat kegiatan ekonomi, bisnis dan keuangan di Indonesia," kata Abbas dalam Balkoters Talk bertajuk "Jakarta Merawat Daya Beli, Mengendalikan Inflasi" di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2024).

Baca Juga

Wilayah Jakarta cukup memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional. Kontribusi ekonomi Jakarta untuk nasional pada 2023 mencapai 16,77 persen, lalu kontribusi inflasi 20,47 persen, dan kontribusi investasi 11,70 persen.

"Di sini terdapat Bursa Efek Indonesia (BEI), kantor pusat perusahaan nasional dan multinasional, startup unicorn dan decacorn," ujar Abbas.

Abbas menyebutkan, di tengah masih tingginya ketidakpastian ekonomi global, perekonomian Jakarta pada 2023 tumbuh sebesar 4,96 persen. Berdasarkan proyeksi BI pada 2024, Jakarta diproyeksikan tumbuh pada kisaran 4,8-5,6 persen.

Prakiraan tersebut didukung oleh masih optimitisnya keyakinan konsumen, semakin tingginya aktivitas MICE dan kegiatan (event) serta berlanjutnya proyek strategis pemerintah dan swasta. Abbas mengimbau, optimisme ini yang harus tetap dijaga bersama untuk mendukung berlanjutnya momentum pemulihan ekonomi ke depan.

Meski perekonomian Jakarta berkontribusi besar bagi perekonomian nasional, tapi tidak dipungkiri Jakarta tetap membutuhkan kerja sama dengan daerah lain. Abbas menyebutkan, 98 persen yang tersedia di Jakarta merupakan disuplai dari daerah lain. Pemerintah daerah juga bekerja sama dengan beberapa pihak pemangku kepentingan terkait dalam menggelar pasar murah, bazar murah dan sembako murah.

"Jadi mau tidak mau, suka tidak suka kami harus bekerja sama dengan daerah hulunya sebagai pamasok kita. Bagaimana pola kerja samanya? Ada yang kerja sama langsung maupun beli putus, dilihat dari selisih neraca yang ada," kata Abbas.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement