REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Perajin kaligrafi di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengaku cukup kewalahan melayani pesanan kaligrafi yang meningkat hingga 150 persen selama Ramadhan tahun ini.
Perajin saat ini ia harus mengerjakan 10 pesanan per hari dan harus rampung sebelum Lebaran Idulfitri 1445. "Agak kewalahan juga, tapi Insya Allah bisa kami selesaikan," kata Komarudin, perajin kaligrafi di Desa Sumberejo Kulon, Tulungagung, kemarin.
Hari biasa biasanya ia melayani sekitar tiga hingga emlat pesanan dalam sebulan. "Alhamdulillah, puasa ini orderan banyak," ujarnya.
Komarudin tidak mengerjakan pesanan kaligrafi itu sendirian. Ia menggarap pesanan bersama istrinya yang telah ia latih bertahun-tahun sehingga cukup piawai membantu.
Desain dan proses penulisan kaligrafi dikerjakan Komarudin, selanjutnya sang istri bertugas melakukan pelapisan hingga finishing menggunakan bahan lem plastik lalu ditempeli kertas foil warna emas. Untuk kaligrafi motif bordir, Komarudin bekerja sama dengan tenaga ahli bordir profesional yang ada di pinggiran Kota Tulungagung.
Dalam mengerjakan kaligrafi ini, Komarudin biasa menggunakan khot Tsuluts dan Naskhi. Diperlukan ketelatenan dan ketekunan untuk mengerjakan pesanan kaligrafi ini.
"Terutama yang berukuran besar seperti membuat replika kiswah Ka'bah," kata dia.
Untuk proses pengerjaan dilakukan dengan beberapa tahap, dimulai dengan pembuatan sketsa pada kain beludru menggunakan kapur tulis. Selanjutnya, secara hati-hati lem silikon dilelehkan dan dilukiskan pada kain beludru sesuai sketsa.
Lelehan lem yang mengeras dan membentuk kaligrafi kemudian dilakukan pewarnaan menggunakan kertas prada berwarna emas maupun perak. Kaligrafi model silikon ini banyak diminati karena harganya relatif lebih terjangkau daripada berbahan bordir.
Karya kaligrafi saya dijual mulai harga Rp75 ribu sampai jutaan rupiah tergantung ukuran dan bahan. "Kalau membuat replika kiswah, harga bisa kisaran Rp 20 juta hingga Rp 40 juta per helai kain ukuran jumbo (8 x 8,5 meter)," kata Komarudin.