REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Astra Agro Lestari Tbk mengomentari soal dampak perlambatan ekonomi China, konflik Timur Tengah, serta pelemahan kurs rupiah terhadap industri kelapa sawit, terutama kinerja perusahaan. Perseroan, kata dia, akan melakukan evaluasi.
"Tentu kita akan evaluasi. (Dampaknya) ke pasar CPO (Crude Palm Oil) kondisi saat ini buat kami masih terlalu dini," ujar Presiden Direktur Astra Agro Lestari Santosa dalam Public Expose di Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Ia menjelaskan, kini produksi CPO baik di Indonesia maupun Malaysia tengah dalam musim yang tidak terlalu produktif. Bahkan tanaman kelapa sawit sedang mengalami kelelahan produksi.
“Sekarang secara produksi Indonesia dan Malaysia kita low season. Biasanya di kuartal III akan peak up, selesai di pertengahan kuartal IV," tuturnya.
Dirinya pun belum bisa memastikan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap pasar CPO maupun kinerja perusahaan. Pada kesempatan tersebut, Santosa turut mengatakan, industri kelapa sawit tengah menghadapi tantangan produktivitas.
Maka, perusahaan berkode saham AALI ini akan fokus melakukan peremajaan tanaman kelapa sawit atau replanting tahun ini. Anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) yang disiapkan sekitar Rp 1,4 triliun pada 2024 pun rencananya 50 persen atau lebih digunakan untuk replanting.