Rabu 24 Apr 2024 19:27 WIB

Ketum PP Muhammadiyah: Belum Ada Pembahasan Formasi Kabinet Prabowo-Gibran

Haedar mengakui hingga kini belum ada rencana pertemuan dengan Prabowo.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengaku belum ada pembahasan soal formasi atau susunan kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih Pemilu 2024. Haedar mengaku, dirinya belum memikirkan terkait akan menaruh tokoh-tokohnya dalam jajaran kabinet Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tersebut.

"Belum (persiapkan kader), Prabowo sendiri baru mau memegang posisi Presiden pada 20 Oktober. Jadi masih perlu waktu kita untuk terus mempersiapkan untuk masa depan Indonesia," ucapnya di Tangerang, Rabu (24/4/2024).

Baca Juga

Haedar juga mengungkapkan, bawa dirinya juga hingga saat ini belum ada pertemuan langsung dengan Prabowo. Apalagi, lanjutnya, mengenai adanya pembahasan jajaran kabinet pemerintahan.

"Kalau urusan-urusan yang bersifat kabinet tentu itu menjadi hak prerogatif Presiden terpilih," sambungnya.

Dia menjelaskan, kadernya atau tokoh-tokoh dari Muhammadiyah sejak dulu sudah membangun bangsa, sehingga tokoh atau kader yang ada di Muhammadiyah sudah tersebar di berbagai posisi dan tempat, serta berkhidmat untuk kehidupan bangsa di berbagai struktur termasuk di lingkungan masyarakat.

"Jadi dipastikan kami selalu memiliki kader-kader terbaik untuk membangun bangsa dan negara. Jadi kita jangan berpikir terlalu aspek teknis mengenai kabinet, karena itu bukan ranah dan wilayah Muhammadiyah, tapi itu sepenuhnya ranah di presiden terpilih," tuturnya.

Haedar pun menegaskan, jika pihaknya belum ada komunikasi dengan Presiden terpilih yakni Prabowo terkait akan ada pertemuan internal. Kendati demikian, dirinya meyakini jika pemimpin Indonesia saat ini tengah menyelesaikan urusan-urusan lainnya pasca-pemilu.

"Kan baru saja selesai, jadi saya pikir beliau tengah menyelesaikan terlebih dahulu urusan pasca-pemilu, baru biasanya saling berkomunikasi. Muhammadiyah kan ikut mendirikan republik ini dan terus mengawal kekuatan kemasyarakatan dan keagamaan, serta tidak ikut politik praktis," kata dia.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement