Sabtu 25 May 2024 14:05 WIB

ADB Beri Utang 500 Juta Dolar AS untuk Pengurangan Sampah Plastik Laut RI

ADB akan mendukung rencana aksi dengan meningkatkan pengelolaan limbah plastik.

Red: Fuji Pratiwi
Warga mengumpulkan sampah di Pantai Talanca, Desa Loji, Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (16/5/2024). Aksi bersih pantai yang melibatkan sejumlah organisasi, perangkat desa, TNI-Polri, mahasiswa, dan pelajar tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan serta upaya mengurangi sampah yang terbawa arus laut.
Foto: ANTARA FOTO/Henry Purba
Warga mengumpulkan sampah di Pantai Talanca, Desa Loji, Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (16/5/2024). Aksi bersih pantai yang melibatkan sejumlah organisasi, perangkat desa, TNI-Polri, mahasiswa, dan pelajar tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan serta upaya mengurangi sampah yang terbawa arus laut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Development Bank (ADB) menyetujui pinjaman senilai 500 juta dolar AS untuk memperkuat program Indonesia dalam mengurangi sampah plastik di laut.

"ADB senang dapat bermitra dengan Indonesia untuk mengurangi sampah laut dan sekaligus mempromosikan pengembangan ekonomi biru," kata Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga di Jakarta, kemarin.

Baca Juga

Meskipun Pakta Plastik Dunia (Global Plastic Treaty), prakarsa internasional yang dirancang untuk mengatasi polusi plastik melalui kesepakatan yang mengikat secara hukum, saat ini masih dinegosiasikan, program tersebut akan fokus untuk mendukung Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut Indonesia yang bertujuan mengurangi aliran sampah plastik ke lautan hingga 70 persen pada 2025.

Jiro menuturkan wilayah pesisir Indonesia, yang dihuni 70 persen dari populasinya, merupakan wilayah yang sangat penting untuk pariwisata kelautan dan perikanan, yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian. Namun, polusi plastik yang tidak terkendali menimbulkan ancaman serius terhadap ekosistem kelautan, yang menimbulkan kerusakan 450 juta dolar AS setiap tahunnya dan mengancam pendapatan dari pariwisata yang nilainya mencapai 3 miliar dolar AS.