REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Di antara berbagai fenomena yang dapat kita saksikan dalam kehidupan kemasyarakatan adalah fenomena kehidupan beragama. Menurut para alim ulama, di mana ada masyarakat, pasti di situ ada agama. Atas dasar fenomena ini, maka tidak ada yang menentang pendapat bahwa masyarakat komunis telah meruntuhkan agama dari kehidupan kemasyarakatan mereka.
Komunis menegakkan kehidupan masyarakat pada asas yang meniadakan Tuhan. Karena bagi kaum komunis, hidup di dunia adalah kehidupan yang bersifat materi. Sebagai masyarakat ateis, kaum komunis menganggap agama sebagai penghambat kemajuan.
Nietzsche, filosof eksistensialis yang sebagian ajarannya digunakan kelompok komunis, menyatakan, agama adalah candu masyarakat. Dewasa ini kita dituntut untuk belajar dari sejarah. Karena pengalaman di masa lalu merupakan kenyataan tak terbantahkan bahwa kaum komunis di Tanah Air saat mereka berjaya tak segan-segan melakukan teror dan aksi kekerasan terhadap kelompok agama dan para alim ulamanya.
Sebagai kelompok ateis, mereka juga tidak meyakini adanya hari kebangkitan (qiyamah), yang merupakan salah satu rukun iman dalam Islam. Ini perlu kita tegaskan, karena jika seseorang tak meyakini adanya masa depan di dunia lain selain dunia ini, di mana amal-amal kebaikan dan kejahatan akan diperhitungkan, dan yang bersangkutan akan memperoleh imbalan yang setimpal, maka gagasan bahwa amal-amal kebaikan mesti dikerjakan dan kejahatan mesti dihindarkan tidak akan terlintas dalam dirinya.