REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY memprediksi bahwa puncak kemarau di DIY terjadi pada Juli hingga Agustus 2024. Musim kemarau di DIY sudah berlangsung sejak Mei dasarian 1.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas mengatakan, durasi musim Kemarau 2024 di DIY diprediksi antara 10–15 dasarian. Rinciannya yakni 10–12 dasarian meliputi satu zona musim (ZOM) atau 12,5 persen, dan 13–15 dasarian meliputi tujuh ZOM atau 87,5 persen.
“Curah hujan pada musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berkisar antara 251–400 milimeter,” kata Reni, Selasa (4/6/2024).
Sedangkan, untuk akhir musim kemarau 2024 di DIY diprediksi mulai terjadi pada September dasarian I di Kabupaten Kulon Progo bagian utara. Sedangkan, pada September dasarian II akhir musim kemarau diperkirakan terjadi di Kabupaten Kulon Progo bagian tengah dan selatan, Sleman bagian barat dan timur, Bantul bagian tengah dan selatan, Gunungkidul bagian utara dan barat daya.
“September dasarian III di Kabupaten Sleman bagian utara dan tengah, Kota Yogyakarta, Bantul bagian utara, Gunungkidul bagian tengah dan selatan,” ucap Reni.
Untuk itu, pihaknya mengimbau pemerintah daerah, pengambil keputusan, dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak puncak musim kemarau. Terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan, dan lahan, serta berkurangnya ketersediaan air bersih.
Reni juga menekankan agar lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau. Khususnya di wilayah yang mengalami musim kemarau dengan sifat curah hujan atas normal (lebih basah dibanding biasanya.
“Untuk itu, terus update perkembangan dinamika atmosfer-laut yang cenderung berpotensi terjadi fenomena La Nina Lemah. Antisipasi kondisi iklim saat musim kemarau dengan mempersiapkan pola tanam yang sesuai agar tidak mengalami gagal panen,” ungkapnya.