REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Umat Islam diajarkan untuk mendatangkan rezeki, yaitu dengan cara bersyukur. Selain bersyukur, umat Islam hendaknya juga harus berdoa dengan tulus, dan berusaha dengan tekun dalam halal untuk mendatangkan rezeki.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Surat Ibrahim ayat 7, Allah SWT sebagai berikut:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS Ibrahim [14]: 7).
Dalam Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) dijelaskan, dalam ayat ini Allah SWT kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya.
Jika mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. Sebaliknya, Allah SWT juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.
Mensyukuri rahmat Allah SWT bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati. Kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridai-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat disaksikan bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara.
Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan.
Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah SWT, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut.
Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.
Sedangkan dalam Tafsir as-Sa'di , pakar tafsir abad 14 H Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut Nabi Musa mengimbau kepada kaumnya supaya mensyukuri nikmat-nikmat Allah SWT
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan,” maksudnya memberi tahukan dan menjanjikan,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu”, dari nikmat-nikmat-Ku. “Dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Menurut Syekh as-Sa'di, di antara bentuk siksa-Nya adalah Allah SWT akan melenyapkan nikmat yang telah Allah SWT curahkan dari mereka.
Dia menambahkan, bersyukur hakikatnya SWT adalah pengakuan hati terhadap nikmat-nikmat Allah SWT dan menyanjung Allah karenanya, serta mempergunakannya dalam keridhaan Allah SWT.
Sementara, pengingkaran terhadap nikmat Allah SWT mempunyai pengertian yang berlawanan dengannya.