REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China menyatakan protes keras terhadap pernyataan Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg yang menyebut China menjadi pendukung Rusia dalam perang di Ukraina serta memberikan ancaman terhadap Taiwan dan kawasan. Beijing menuding Stoltenberg telah secara terang-terangan mencampuri urusan dalam negeri China.
"China mengutuk keras pernyataan tidak bertanggung jawab dan provokatif yang dibuat oleh Sekretaris Jenderal NATO yang mengandung mentalitas Perang Dingin dan bias ideologis, serta berisi tuduhan yang tidak berdasar," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers pada Jumat (12/7/2024).
Dalam sambutannya, Lin Jian menyebut Stoltenberg menyerang China, secara terang-terangan mencampuri urusan dalam negeri China. Lin Jian juga menuduh Stoltenberg memutarbalikkan kebijakan dalam negeri dan diplomatik China.
"Ia berusaha untuk mengalihkan kesalahan dan menyesatkan komunitas internasional terhadap Ukraina dan menyalahkan perkembangan militer China yang normal dan hubungan dengan negara-negara terkait. Kami sangat menyayangkan dan dengan tegas menentangnya," tambah Lin Jina.
Stoltenberg, menurut Lin Jian, memainkan narasi "ancaman China" dan memicu kecurigaan terhadap China dan sentimen anti-China dalam upaya nyata untuk bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu untuk menekan dan membendung China.
"Aksi-aksi canggung ini telah memberikan peringatan bagi banyak orang di dunia dan mengingatkan orang-orang mengenai risiko dan tantangan yang dihadapi NATO, sebagai sisa dari Perang Dingin dan produk dari konfrontasi blok serta politik blok, yang akan membawa perdamaian dan stabilitas dunia," ungkap Lin Jian.
Lin Jian meminta agar politisi Barat yang kehidupan politiknya hampir berakhir, untuk tidak mengobarkan api, melakukan provokasi, dan saling menyalahkan demi mencoba meninggalkan warisan buruk.
"China akan tetap berpegang pada jalur pembangunan damai dan memberikan lebih banyak stabilitas dan energi positif ke dalam perdamaian dan stabilitas dunia melalui pembangunannya sendiri dan kerja sama internasional. Melihat China sebagai musuh khayalan NATO hanya akan menjadi bumerang bagi NATO sendiri," jelas Lin Jian.