Rabu 24 Jul 2024 15:49 WIB

Anggota Komisi I DPR: Gangguan Microsoft Harus Jadi Pelajaran Penting

Sukamta juga menekankan pelajaran dari bobolnya PDNS 2 sebulan yang lalu.

Polemik Penanganan Virus Korona. Anggota DPR RI Komisi 1 FPKS, Sukamta (kiri) menjadi nara sumber Bincang Sore Republika tentang polemik virus korona di Republika Yogyakarta, Jumat (6/3).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Polemik Penanganan Virus Korona. Anggota DPR RI Komisi 1 FPKS, Sukamta (kiri) menjadi nara sumber Bincang Sore Republika tentang polemik virus korona di Republika Yogyakarta, Jumat (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Beberapa hari lalu Microsoft mengalami gangguan setelah pembaruan software oleh CrowdStrike yang berdampak pada penggunaan Microsoft di beberapa negara, seperti di bandara, rumah sakit, dan sebagainya. Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta, menyatakan, insiden gangguan Microsoft yang berdampak terhadap layanan di bandara, rumah sakit dan berbagai layanan publik yang menggunakan Microsoft, perlu dijadikan pelajaran penting.

"Bahwa kita harus memiliki kemandirian dalam hal teknologi sekaligus memperkuat infrastruktur digital dan keamanan-ketahanan sibernya. Cina tidak menggunakan Microsoft, sehingga tidak terdampak apa-apa atas insiden ini," kata Sukamtare dalam siaran pers, Selasa (24/6/2024).

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menganalisis, jika kasus Microsoft ini by accident bisa terjadi, yang menimbulkan persoalan dan chaos di berbagai instansi di berbagai negara, maka di masa depan bisa jadi insiden seperti ini dilakukan dengan sengaja apapun motifnya. Dan itu bisa membuat negara terancam lumpuh. Saat kondisi seperti itu terjadi, kekacauan sosial bisa timbul. Bahkan saat suatu negara terlibat konflik, setelah sibernya lumpuh, serangan militer bisa terjadi.

"Negara yang melakukan digitalisasi seperti Indonesia, meskipun belum sepenuhnya, harus waspada dan melakukan antisipasi hal ini sejak dini, baik ketika merancang suatu sistem IT baru atau dari sistem yang existing saat ini. Apalagi jika suatu negara full digital yang hampir semua lini kehidupan digerakkan dengan sistem komputer, layanan air bersih, listrik, transportasi, rumah sakit, perbankan, dan seterusnya. Di situlah pentingnya kedaulatan san kemandirian digital di negeri kita," ujarnya.

Sukamta juga menekankan pelajaran dari bobolnya PDNS 2 sebulan yang lalu. "saat ini kita masih salam situasi terkejut atas serangan terhadap PDNS 2. Banyak kementerian lembaga terkena dampaknya. Yang baru baru saja terekspos adalah ratusan data KemenPUPR dinyatakan hilang. Sayangnya hingga kini pemerintah belum menyampaikan ke publik secara resmi kondisi data-data yang terdampak insiden PDNS 2. Pemerintah hutang besar penjelasan dan penangan kepada bangsa dan negeri ini," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement