Jumat 09 Aug 2024 09:01 WIB

Usung Tema 'Piweling', Yogyakarta Gamelan Festival Hadir di Plaza Pasar Ngasem

Konser gamelan kali ini dimeriahkan para penampil dari luar negeri.

Rep: Muhammad Gavindra Pratama/Alfiro Putra Ramadhani/Muhammad Agustian Reviyolanda/ Red: Fernan Rahadi
 Suasana pertunjukan Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) di Plaza Pasar Ngasem, Yogyakarta, Kamis (8/8/2024) malam.
Foto: Alfiro Putra Ramadhani
Suasana pertunjukan Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) di Plaza Pasar Ngasem, Yogyakarta, Kamis (8/8/2024) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) kembali hadir untuk edisi ke-29 pada bulan Agustus 2024 ini di Plaza Pasar Ngasem, Yogyakarta. YGF merupakan festival yang mempertemukan pemain dan pencinta gamelan.

Beberapa tahun yang lalu dunia dilanda pandemi Covid-9, dan pada masa-masa itu dunia seakan reset, kembali seperti semula. Lalu setelah berhasil 'bangkit’ dari masa pandemi yang merupakan masa kegelapan bagi seluruh dunia, tahun ini YGF mengusung tema “Piweling”.

Konser gamelan kali ini juga akan dimeriahkan para penampil dari luar negeri seperti Prancis dan Kanada. Merupakan ajang bertemunya para penikmat dan pelaku musik gamelan dari seluruh dunia, juga telah menjalin hubungan dengan lebih dari 32 negara.

Program Director YGF, Ishari Sahida, yang dikenal dengan nama Ari Wulu, menyatakan YGF bukan sekadar perayaan musik; ini adalah perjalanan kembali ke akar kita.

"Melalui tema Piweling kami ingin terhubung kembali dengan asal usul alami kita, menumbuhkan rasa syukur, kebersamaan, dan pertumbuhan. Festival ini berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, melestarikan warisan kita sambil merangkul kemungkinan-kemungkinan baru," katanya, Kamis (8/8/2024).

Menurut Ari Wulu, terdapat sesuatu yang sangat spesial bagi mereka di Komunitas Gayam16 yang mencoba memperkenalkan hasil kerja teman teman Departemen Teknik Elektro dan Informatika bersama teman teman yang lain.

"Yaitu seperangkat gamelan elektrik yang sebelumnya di tahun 70-an sudah mulai di kembangkan oleh Prof Adi Susanto dari UGM, 30 tahun lalu," jar Ali Wulu.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, mengatakan dirinya sudah mengikuti agenda ini sejak lama. di saya sudah terdengar 29 tahun. "Apresiasi untuk Mas Ari (Luwung) yang teethap konsisten dan setiap akan membawa ini menuju level yang lebih tinggi, sangat dikenal di level internasional," katanya.s

"Ini adalah malam yang spesial karena gamelan sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya UNESCO dari Indonesia ini sejak tahun 2021, tepatnya 15 Desember 2021. Kami sangat mendukung dan mengapresias dan selalu berkomitmen terhadap pengembangan ekosistem gamelan," ujar Dian.

Konser gamelan ini juga merupakan ajang bertemunya para penikmat dan pelaku musik gamelan dari seluruh dunia. YGF telah menjalin hubungan dengan lebih dari 32 negara yang mempunyai gamelan. Ini dipandang sebagai sebuah cara dalam merawat dan mengembangkan gamelan untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan budaya dunia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement