Sakit kepala migrain dapat berlangsung selama berhari-hari. Beberapa orang mengalami apa yang disebut aura sebelum nyeri migrain muncul.
Aura dapat mencakup gangguan penglihatan, seperti melihat kilatan cahaya. Dan aura dapat mencakup perubahan sensorik lainnya, seperti mati rasa atau kesemutan.
Para ilmuwan telah mengetahui bahwa aura disebabkan oleh gangguan aktivitas listrik di dalam otak.
Namun, mereka belum mengetahui bagaimana aura dapat memicu nyeri. Sel-sel saraf yang menggerakkan nyeri migrain diketahui berada di luar otak.
Dan komunikasi antara saraf-saraf ini dan otak diduga terhalang oleh struktur yang disebut sawar darah-otak.
Untuk mempelajari lebih lanjut, para peneliti mengamati bagaimana cairan tulang belakang mengalir keluar dari otak tikus.
Mereka menemukan celah di sawar darah-otak di sekitar seberkas sel saraf yang diketahui memproses nyeri migrain.
Zat yang disuntikkan langsung ke otak mengalir ke sel-sel saraf ini dalam waktu setengah jam. Periode waktu ini mirip dengan waktu khas antara aura dan sakit kepala.
Para ilmuwan selanjutnya memicu aura migrain di otak tikus. Kemudian mereka mengukur perubahan pada protein yang mengalir ke sel-sel saraf.
Mereka menemukan perubahan pada banyak protein yang diketahui terlibat dalam sakit kepala migrain. Hasilnya menunjukkan cara-cara baru yang potensial untuk meredakan nyeri migrain.
“Temuan ini memberi kita sejumlah target baru untuk mencegah dan mengobati migrain serta memperkuat terapi yang ada,” kata Dr. Maiken Nedergaard dari Universitas Rochester, yang membantu memimpin penelitian tersebut.