REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama dekade terakhir, banyak tantangan yang dihadapi Indonesia terkait peningkatan efek emisi karbon. Karena itu, krisis iklim yang terjadi secara global ini perlu ditangani dengan gotong royong skala dunia dan upaya bertransformasi menuju transisi energi, terutama berkaitan dengan cara mendistribusikan dan mengonsumsi energi listrik.
Direktur Manajemen Resiko PT PLN (Persero) Suroso Isnandar menegaskan, transisi energi merupakan komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia. “Transisi energi bukan sekadar kebutuhan, tetapi merupakan komponen penting bagi kelangsungan hidup umat manusia dan juga bagi keberlanjutan planet kita tercinta,” ujarnya dalam Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024 di Jakarta, Rabu (11/9/2024).
Dalam acara ISEW 2024 hari kedua, dilakukan penandatanganan pembaruan Memorandum of Understanding (MoU) antara PT PLN (Persero) dan GIZ Energy Programme Indonesia/ASEAN yang menandai kelanjutan komitmen lima tahun ke depan mendukung pengembangan energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan Indonesia.
MoU ini memfasilitasi penggunaan teknologi energi bersih, mendukung pembangunan kapasitas, pengembangan kebijakan energi, serta investasi dalam infrastruktur energi yang ramah lingkungan. Kolaborasi antar kedua belah pihak tersebut diharapkan dapat memastikan pasokan listrik yang andal dan berkelanjutan, serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
“Keberhasilan transisi ini bergantung pada kesadaran, keterlibatan, komitmen, kolaborasi setiap pemangku kepentingan di Indonesia,” ucap Suroso.
Keberadaan KfW Development Bank dan GIZ di Indonesia dinilai sebagai keberuntungan mengingat sedang terjadi perubahan iklim yang menjadi ancaman nyata. Selama periode 2007-2024, dirinya disebut terlibat secara mendalam dalam seluruh kegiatan KfW dan GIZ. Mulai dari survei jaringan transmisi 500 kV (Kilovolt) bersama KfW (di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jakarta), hingga perencanaan dan pengoperasian sistem tenaga listrik dengan GIZ.
“Saat pembangkit listrik tenaga bayu pertama di Indonesia mulai beroperasi, saya sama sekali tidak tahu bagaimana cara mengintegrasikan energi terbarukan yang bervariasi ke dalam sistem. Puji Tuhan, KfW dan GIZ adalah salah satu dewa penolong, (sehingga) kami dapat mengelolanya dengan sangat baik,” kata dia.
Dia merasa bangga karena PLN sudah memiliki pengalaman sangat baik dalam menangani energi terbarukan yang bervariasi berkat kerja sama dengan KfW dan GIZ. Pihaknya mengharapkan manfaat kerja sama ini akan terus berlanjut, terutama untuk mengatasi perubahan iklim dan transisi ke energi bersih melalui pengembangan energi bersih dan upaya dekarbonisasi, yang semuanya bertujuan mencapai pembangunan berkelanjutan.
Pada kesempatan tersebut, dia juga melaporkan bahwa PLN sangat berkomitmen mendorong transisi energi Indonesia. Saat ini, pihaknya sedang merumuskan program Accelerated Renewable Energy Development (ARED) dengan pendekatan Coal Face Down (menghentikan kinerja operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap/PLTU, namun tidak membongkar bangunan instalasinya).
Berdasarkan inisiatif ARED pada tahun 2040, pangsa sumber energi terbarukan direncanakan meningkat secara signifikan hingga 75 persen dengan bauran energi terbarukan dari tenaga air 20 gigawatt (GW), energi panas bumi 7 GW, tenaga angin 12 GW, tenaga surya fotovoltaik 17 GW, hingga limbah, biomassa, dan energi terbarukan lainnya 4 GW.