Senin 23 Sep 2024 08:54 WIB

Awal Mula Rumi Bertemu Guru Spiritualnya

Sejak bertemu Syamsi Tabrizi, Jalaluddin Rumi menekuni jalan sufi.

Jalaluddin Rumi
Foto: dok wiki
Jalaluddin Rumi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat berusia 37 tahun, Jalaluddin Rumi merupakan seorang ulama dan akademisi yang amat masyhur di Konya (Turki selatan). Tidak hanya sibuk mengajar di universitas setempat, ia pun kerap mengimami jamaah di masjid negara.

Tentu saja, Rumi tak tahu-menahu ketika Syamsuddin alias Syamsi Tabrizi tiba di Konya pada 11 Oktober 1244. Seperti tampak dari namanya, pria 60 tahun itu berasal dari Tabriz, Persia.

Baca Juga

Sebelum singgah di kota tempat Rumi berada, Syamsi telah mengembara ke banyak negeri. Penampilannya cenderung urakan. Tak ubahnya pengelana fakir.

Namun, raut wajah Syamsi teduh. Sorot matanya juga tajam. Hal itu menandakan kedalaman berpikir dan kejernihan nurani.

Perjumpaan Rumi untuk pertama kalinya dengan Syamsi Tabrizi diceritakan dengan berbagai versi. Reynold Alleyne Nicholson dalam iRumi: Divani Shamsi Tabriz mengutip salah satu di antaranya.

Saat mendatangi Rumi, Syamsi mengenakan jubah wol hitam nan kusam yang menutupi kepala hingga kakinya. Waktu itu, sang akademisi sedang asyik membaca buku. Tiba-tiba, sufi itu merebut kitab yang sedang dibaca Rumi. Buku itu lalu dilemparkannya ke dalam kolam air.

“Sekarang, engkau harus hidup dari apa yang engkau ketahui,” kata Syamsi Tabrizi.

Rumi terperanjat. Ia pun langsung berlari untuk menyelamatkan bukunya. Belum hilang rasa kagetnya, ulama itu kembali diperingatkan.

Syamsi menyerukan, ilmu-ilmu teoretis dari semua buku yang dibaca Rumi tak berarti apa-apa. Namun, bila memang Rumi menginginkannya, dia dapat mengeluarkan kitab yang tercebur itu dari kolam dalam keadaan kering.

Rumi menyadari, pria yang dihadapannya bukanlah orang biasa. Ada karisma yang mempesona dari sosok berpakaian lusuh itu.

Sejak saat itu, keduanya bersahabat erat. Ulama Konya itu memandang sang darwis bak matahari yang menyinari hidupnya dalam Jalan Cinta menuju Sang Maha Cinta.

Versi lain menyebutkan, Rumi pertama kali berjumpa dengan Syamsi saat dalam perjalanan pulang dari Universitas Khudavandgar. Waktu itu, sufi asal Tabriz itu bertanya, "Siapakah yang lebih agung: Rasulullah Muhammad SAW atau Bayazid Bistami?"

Bayazid merupakan seorang sufi asal Persia pada era Dinasti Abbasiyah. Tokoh ini dipercaya telah mencapai level makrifat.

Rumi menjawab dengan pasti, “Tentu saja Rasulullah lebih mulia.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement