Kabar ada kudeta yang dilakukan oleh PKI sampai di Bandung dengan informasi yang samar-samar. Mahasiswa Bandung yang saat itu sibuk dengan kegiatan masa prabakti mahasiswa (mapram) di kampus masing-masing pun mencari tahu dari sumber-sumber yang mereka kenal.
Pada 1 Oktober 1965, pukul 14.00, Dewan Mahasiswa ITB mengumumkan seluruh acara mapram disetop. Seharian mahasiswa Bandung menggali informasi. Pada 1 Oktober 1965, pukul 13.00 RRI menyiarkan berita Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI) tentang Pembentukan Dewan Revolusi Indonesia.
Malam harinya, mahasiswa Bandung pun menyerahkan pernyataan menolak pembentukan Dewan Revolusi Indonesia kepada Pangdam Siliwangi. Pada 5 Oktober 1965, mengapa tentara mengepung mereka di Alun-alun Bandung?
Oohya! Baca juga ya: Ulah Anies Baswedan Bikin Penjual Dimsum Gemetaran
Pernyataan itu ditandatangani oleh Rahman Tolleng, Aswar Aly, Awan Karmawan Burhan, Robert Sutrisno, Rohali Sani Odjak Siagian, Bonaf Siagian, Chaidir Afif,Ashwin Harahap, Sugeng Sarjadi, Lukman Isa, Alex Rumondor, Gani Subrata, Dedy Ardi, Dady Pakar. Mereka berasal dari berbagai organisasi mahasiswa di Bandung.
“Inilah pernyataan pertama yang menolak Dewan Revolusi Indonesia yang diterima Panglima Siliwangi setelah tersiarnya Gerakan 30 September melalui RRI pada tanggal 1 Oktober 1965. Belum satu pun partai politik ataupun ormas yang menentukan sikap dan memebrikan tanggapan,” tulis Hasyrul Moechtar di buku Mereka dari Bandung.
Pernyataan mahasiswa ini tidak terpublikasi dengan baik. tak ada koran edisi 2 Oktober 1965 yang memuatnya. Pada 2 Oktober 1965, informasi juga belum terang betul. Keberadaan Presiden Sukarno juga belum diketahui.
Itu menjadi salah satu perbincangan mahasiswa Bandung. Perbincangan yang tidak menemukan kejelasan, hingga akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965 dini hari, RRI menyiarkan pidato Presiden Sukarno pada pukul 01.30.
Sukarno menyatakan dirinya dalam keadaan baik-baik saja. Ia menyatakan tetap sebagai presiden.
Sukarno juga menyatakan Angkatan Darat yang telah kehilangan banyak jenderal berada di bawah komandonya. Tetapi sehari-hari dijalankan oleh Asisten III Men/Pangad Mayjen Pranoto. Panglima Kostrad Mayjen Soeharto ditunjuk sebagai pelaksana pemulihan keamanan.
Tanggal 4 Oktober 1965 dini hari, Sukarno muncul lagi dengan pidato di RRI. Ia mengumumkan bahwa Angkatan Udara tidak terlibat G30S. Pada 4 Oktober siang, mahasiswa pun mendengar isu adanya tujuh jenazah korban penculikan PKI.
Oohya! Baca juga ya: Anies Baswedan dan Jakarta yang Disalahpahami
Pada 4 Oktober 1965 itu, mahasiswa pun merancang apel yang akan diadakan pada 5 Oktober 1965 di Taman Cibeunying. Dekat Gedung Sate, kantor gubernur Jawa Barat.
Di bagilah tugas, dari Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) ditanya sanggup mengirimkan berapa orang? Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) Bandung sanggp mengirimkan berapa orang? Begitu seterusnya, semua komponen organisasi mahasiswa diminta untuk mengerahkan massa.
Mahasiswa mulai berkumpul pada pukul 13.00. Pada pukul 14.00 terkumpul sekitar 200 rang. Meski jauh drai target yang dibuat pada malam harinya, apel siang itu tetap jalan. Hening cipta, menyanyi, pidato. Tentara mengawal mereka.
Dari Taman Cibeunying mereka kemudian bergerak ke Jalan Juanda, meneriakkan yel-yel bubarkan PKI, gantung Aidit. Tiba di Jalan SUrapati dekat Lapangan Gasibu, di depan sekretariat CGMI, mereka berhenti, meluapkan amarahnya dengan menyerbu sekretariat organasasi sayap PKI itu. Papan nama diturunkan, pintu dan jendela didobrak.
Setelah itu melanjutkan perjalanan ke kampus Unpad dan lalu kampus ITB. Terus bergerak lagi Jalan Merdeka, Jalan Braga, Jalan Asia Afrika. Di sepanjang jalan, mereka mencopot poster dan spanduk CGMI. Tentara terus mengawal mereka.
Sebelum sampai di Asia Afrika, ada belok ke Jalan Naripan, mampir ke kantor koran komunis, Warta Harian. Massa mengobrak-abrik kantor koran itu. G30S/PKI benar-benar membuat marah mahasiswa Bandung.
Oohya! Baca juga ya: Jokowi dan Sukarno Beda Nasib, Meski Sama-sama Ganti Nama
Di Alun-alun Bandung, mereka membuat api unggun dengan membakar atribut CGMI yang dicopot. Kepanikan mahasiswa muncul, karena tentara yang semula mengawal mereka dari Taman Cibeunying, tiba-tiba mengepung mereka di alun-alun dengan sangkur terhunus.
Priyantono Oemar