REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdullah bin Mas'ud adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Hidayah Allah menyinari hatinya sejak ia masih berusia anak-anak.
Perjumpaannya yang pertama dengan Rasulullah terjadi tanpa disengaja. Waktu itu, dirinya masih bekerja sebagai gembala cilik di peternakan milik seorang musyrik.
Ada ratusan ekor kambing yang digembalakannya. Dalam menjalankan tugasnya, Ibnu Mas'ud kecil sangat cermat dan bertanggung jawab.
Tidak seekor kambing pun dibiarkannya berkeliaran jauh terpencil dari kerumunan kambing-kambing yang lain. Alhasil, tidak ada hewan ternak milik majikannya yang diterkam serigala, yang kerap mengintai dari jauh.
Tanpa disadari Ibnu Mas'ud, dua orang lelaki yang sedang berjalan di dekat tempatnya berada. Keduanya baru saja keluar dari Kota Makkah secara sembunyi-sembunyi. Mereka adalah Muhammad SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq.
Dua orang yang sedang berhijrah menuju Madinah—ketika itu bernama Yastrib—tersebut melalui peternakan milik majikan Ibnu Mas'ud. Mereka dalam keadaan lemah dan lapar.
Nabi SAW dan Abu Bakar melihat Ibnu Mas'ud sedang menggembala ratusan kambing di sana. Keduanya pun menghampiri anak itu.
Sang bocah ditanya, apakah ada dari sekian banyak kambing yang digembalakannya dapat menghasilkan susu. Kalaupun ada, bolehkah air perahan itu diberikan kepada mereka berdua.
Sayang sekali, Ibnu Mas'ud tidak bisa menyanggupi permintaan tersebut. Bukannya tidak mau, tetapi hanya tidak mampu. “Ada kambing-kambing di sini yang bisa mengeluarkan air susu, tetapi semuanya bukanlah kepunyaanku,” katanya.
“Kambing-kambing ini adalah amanah orang lain yang ada padaku,” jawab lelaki muda itu menambahkan.
Nabi SAW lalu diberi tahu, siapa pemilik peternakan tersebut. Namanya adalah Uqbah bin Abu Mu'ith. Saudagar ini adalah seorang musyrik yang ikut menentang perkembangan Islam di Makkah.
Jawaban Ibnu Mas'ud tidak membuat Rasulullah SAW murung, apatah lagi gusar. Sebab, perkataan anak gembala ini menunjukkan keluhuran budi pekerti. Walau tidak diawasi langsung oleh majikannya, ia tetap jujur; tidak mau mengkhianati amanah.
Rasul SAW berkata, “Sikapmu yang amanah itu sejalan dengan ajaran Islam.”