Rabu 04 Dec 2024 12:23 WIB

Manusia yang Sebaik-baiknya dan Manusia yang Mengolok-olok

Rasa simpati dan empati hendaknya didahulukan untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Partner
.

Profesi petugas mengepel pelataran jalur Sa'i Bukit Safa - Marwah, Masjidil Haram, Makkah. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Profesi petugas mengepel pelataran jalur Sa'i Bukit Safa - Marwah, Masjidil Haram, Makkah. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id (REPUBLIKA NETWORK) – Sudah sunnatullah (ketentuan Allah Subhanahuwata’ala/SWT) kehadiran sesuatu makhluk bernyawa dan tidak di dunia ini diciptakan dengan berpasang-pasangan. Ada yang baik dan buruk, laki-laki dan perempuan, jantan dan betina, suami-istri, kaya dan miskin, malam dan siang, senang dan sempit, hitam dan putih, dan seterusnya.

Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) terhadap penciptaan-Nya yang sangat sempurna di dunia ini. “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah,” (QS. Adz-Dzaariyaat: 49).

Dalam tafsir Ibnu Katsir (Pustaka Imam Syafi’i/2012) menjelaskan, Allah SWT telah menghamparkan bumi ini begitu luas untuk semua makhluknya, dia Dia telah menciptakan segala sesuatu itu berpasang-pasangan; langit dan bumi, siang dan malam, matahari dan bulan, daratan dan lautan, terang dan gelap, iman dan kufur, hidup dan mati, sengsara dan bahagia, surga dan neraka, bahkan sampai hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Tujuannya apa? Allah SWT mengatakan, supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah SWT yang menciptakan sesuatu itu. Pencipta itu hanya satu, tiada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu, diperintahkan untuk kembali kepada-Nya, dan berlindung kepada-Nya, serta bersandarlah kepada-Nya dalam menangani semua urusan.

Dari pemaparan Al-Quran tersebut, tak sepantasnya bila kita sebagai makhluk sempurna yang diciptakan-Nya untuk saling mendzolimi, saling mencela, saling mengolok-olok, atau saling merendahkan sesama manusia. Bukankah dibalik kesempurnaan manusia ciptaan-Nya terdapat kekurangan dan kelemahan, yang seharusnya dapat saling melengkapi dan saling membantu terhadap pasangannya.

Baca juga: Kandungan Surat Al-Kahfi: Melindungi Fitnah Akhir Zaman

Dalam Al Quran Surah Al Hujurat ayat 11, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)....”

Bila kita telah berlebihan dalam hidup dengan saling mengolok-olok dan apalagi merendahkan derajat orang lain apapun pekerjaan dan profesinya, atau apapun kondisi hidupnya baik fisik maupun psikis, tentu saat itu posisi kita sudah bersikap sombong.

Apa itu orang yang sombong? Nabi Muhammad SAW yang diutus Allah SWT ke muka bumi ini untuk memperbaiki akhlak manusia, yang kala itu jahiliyyah menuju hidup dengan cahaya yang terang menderang. Rasul SAW menerangkan dalam hadist riwayat Muslim menyebutkan, “Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.”


Menolak kebenaran, maksudnya apa yang telah dikabarkan dalam Al-Quran dengan jelas dan benar, tetapi masih ada manusia yang menolak kebenaran wahyu yang datang dari Allah SWT yang menciptakan-Nya. Sedangkan merendahkan manusia, yakni menghinakan dan merendahkan derajat manusia. Terkadang orang yang dihina atau direndahkan itu di sisi Allah SWT lebih terhormat dan lebih dicintai-Nya dibandingkan yang menghina atau yang merendahkan.

Janganlah sekali-kali merendahkan, mencela, apalagi mengolok-olok orang lain yang berada jauh di bawah kita. Orang yang mengolok atau mencela orang lain, baik laki-laki maupun perempuan, maka orang tersebutlah sangat tercela dan terlaknat.

Hinaan atau olok-olok tersebut baik berupa ucapan atau tindakan (perbuatan) masuk dalam sikap mencela. “Kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela,” (QS. Al-Humazah: 1).

Dalam hidup yang berpasang-pasangan ini, jadilah seorang manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Dalam riwayat Imam Ahmad, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Khoirunnas Anfauhum Linnas (Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia).”

Baca juga: Sabar dan Shalat, Solusi Ampuh Mengatasi Musibah

Artinya setelah Allah SWT menciptakan kita berpasangan-pasangan, sebagai insan yang dilebihkan dari makhluk lain, hendaknya kelebihan diri kita dapat disalurkan kepada orang yang berkekurangan baik secara materi maupun secara psikis.

Saling mengajarkan kebaikan (dalam ilmu agama dan dunia) kepada sesama. Salin menasehati (dalam sikap dan perbuatan dalam hubungan antarmanusia) untuk kebaikan. Saling membantu antara yang kaya dan yang kekurangan, dan lainnya, sehingga tercipta harmonisasi dalam kehidupan yang berpasang-pasangan tersebut.

Untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lain, sebaiknya tidak saja menunggu atau melihat terlebih dahulu kondisi yang ada. Akan tetapi, rasa simpati dan empati hendaknya lebih didahulukan dari setiap diri manusia untuk menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi orang lain terutama lingkungan terdekat. Allahua’lam bishawab. (Mursalin Yasland)

sumber : https://sumatralink.id/posts/491308/manusia-yang-sebaik-baiknya-dan-manusia-yang-mengolok-olok
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Terkait
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement