REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen resmi akan diberlakukan mulai 1 Januari 2025. Kenaikan tarif PPN ini dapat membuat pengeluaran masyarakat kian membengkak, lantaran hampir semua harga barang naik.
Perencana keuangan, Erlina Juwita, mengungkap beberapa strategi yang bisa dilakukan seiring kenaikan PPN menjadi 12 persen. Strategi tersebut adalah mengatur ulang pengeluaran, menambah sumber penghasilan, atau menjalani keduanya.
“Mau gak mau, suka gak suka, pilihannya ada 3. Atur ulang pengeluaran, menambah sumber penghasilan atau jalani dua-duanya,” kata Founder Cerdas Keuangan tersebut, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (18/12/2024).
Dalam hal mengatur ulang pengeluaran, Erlina membagikan contoh skema yang bisa diadopsi. Yakni, 50 persen untuk kebutuhan rutin (makanan, sewa, transportasi); 30 persen untuk utang atau cicilan (jika ada); 10 persen untuk investasi (seperti reksa dana atau tabungan); serta 10 persen untuk dana darurat atau proteksi (asuransi).
“Tapi ini sebagai contoh saja, karena kondisi keuangan tiap-tiap orang berbeda. Pasti harus disesuaikan sama kondisi masing-masing. Tapi buat yang belum memulai membuat anggaran, saat ini setidaknya harus punya anggaran. Dan skema di atas bisa jadi contoh,” kata Erlina.
Agar pengeluaran tidak melebihi pendapatan, Erlina mewanti-wanti masyarakat untuk selalu mengutamakan prioritas. Prioritas setiap orang berbeda-beda, sehingga penting bagi setiap individu untuk tidak perlu menjadikan orang lain sebagai tolok ukur.
“Jadi harus cerdas mengatur ulang pengeluaran. Yang pasti, prioritas diutamakan untuk konsumsi, melunasi kewajiban, dana darurat, dan investasi,” jelas Erlina.
Untuk mengimbangi kenaikan harga akibat PPN 12 persen, masyarakat juga dianjurkan menambah penghasilan dengan mencari peluang bisnis atau usaha. “Sedini mungkin mencari tambahan penghasilan mulai dari keahlian yang sudah dimiliki,” kata Erlina.
Selain itu, dia juga menyarankan masyarakat yang investasi di produk investasi yang sudah dimengerti, sesuai profil risiko, dan sesuai dengan tujuan keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kerugian dana dari investasi.
“Jangan lupa untuk selalu belajar dan belajar, meningkatkan keterampilan dan kecerdasan mengelola keuangan. Ini sanga penting,” kata dia.