REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BRI terus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan kinerja operasional dan layanan kepada nasabah. Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI, Arga M Nugraha, menjelaskan bahwa AI telah digunakan BRI dalam berbagai aspek, salah satunya untuk sistem credit scoring nasabah.
"Credit scoring merupakan metode penilaian penting untuk menentukan kelayakan kredit. Dengan mengadopsi teknologi AI, kami bisa menganalisis profil nasabah dengan lebih akurat dan efisien," ujar Arga dalam keterangan, dikutip Sabtu (28/12/2024).
Selain itu, BRI juga mengembangkan sistem AI untuk mendukung manajemen risiko, termasuk dalam deteksi penipuan dan analisis risiko. Sistem ini mengandalkan big data dari berbagai sumber, termasuk data tidak terstruktur, untuk mengidentifikasi pola dan mendeteksi potensi penipuan secara lebih cepat dan tepat.
"AI juga diintegrasikan ke dalam berbagai lini layanan, baik di back office maupun front office, untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan hasil operasional secara keseluruhan," tambah Arga.
Arga juga menekankan, keberhasilan implementasi AI dalam perusahaan bergantung pada dua faktor utama. Pertama, kompleksitas pekerjaan yang akan diotomatisasi, dan yang kedua adalah kapabilitas individu dalam memanfaatkan teknologi tersebut.
"Semakin luas pengalaman individu, semakin besar dampak AI terhadap produktivitas mereka," ungkap Arga.
Ia menegaskan, teknologi AI di BRI bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanpa menggantikan peran manusia. "Peran manusia tetap ada, justru AI memberikan dorongan untuk meningkatkan produktivitas kita," tegas Arga.
Dengan penerapan AI yang terintegrasi dalam berbagai aspek operasional, BRI semakin memastikan bahwa teknologi berperan sebagai alat pendukung untuk menciptakan efisiensi, meningkatkan layanan, dan mendukung pencapaian tujuan perusahaan.