REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Di manakah pertolongan Allah?" Tak jarang pertanyaan itu muncul di benak umat tatkala beragam musibah menghampiri. Sebut saja kesulitan hidup akibat impitan ekonomi, penindasan, peperangan yang memakan korban hingga hilangnya rasa keadilan.
Musibah berupa kekalahan dalam perang juga pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Itulah Perang Uhud.
Allah SWT berfirman, "Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu (QS Ali Imran [3]: 165).
Ayat di atas tegas dan lugas menyebut kekalahan itu disebabkan kesalahan umat Islam sendiri. Dalam menafsirkan ayat ini, Sayyid Thanthawi, seperti dikutip Hasan el-Qudsy (2011) menyebut sebab kesalahan umat Islam ketika itu.
Pertama, mengusulkan perang di luar Kota Madinah, padahal Rasulullah mengisyaratkan tetap di Madinah. Kedua, para pemanah yang meninggalkan pos pertahanan mereka. Ketiga nafsu untuk mendapatkan rampasan perang sehingga lupa nasihat Rasulullah.
Sedangkan sebab keempat, tidak peduli dengan panggilan Rasulullah untuk kembali mempertahankan barisan perang. Karena itu, tatkala pertolongan Allah sangat diharapkan, bukan berarti Dia abai terhadap nasib hamba-Nya.
Namun, hamba itu sendirilah yang jauh, bahkan lupa dari-Nya. Allah tidak pernah menzalimi hamba-Nya. Sebaliknya, hamba itulah yang kerap menzalimi dirinya sendiri (QS Yunus [10]: 44).
Al-Hakim al-Tirmidzi dalam kitab Adab al-Nafs menyebut, "Kalau engkau tak berjuang, pertolongan takkan datang. Engkau akan kalah dan tertawan syahwat dan hawa nafsu. Hati yang tertawan tak ubahnya seperti raja yang tertawan oleh musuh. Malah, mereka semua terkepung dan mudah ditaklukkan oleh maksiat dan kebatilan."
View this post on Instagram
Meraih pertolongan Allah